Hidayatullah.com—Beberapa perusahaan China berada di depan dalam perlombaan pembuatan vaksin Covid-19, sementara Rusia sudah menetapkan target akan meluncurkan vaksin buatannya sendiri pada bulan September 2020. Namun sepertinya Amerika Serikat, negara yang saat ini terdampak pandemi coronavirus paling parah, tidak akan menggunakan vaksin yang dikembangkan para ahli kedua negara itu.
Anthony Fauci, pakar penyakit menular Amerika Serikat, mengatakan sepertinya negaranya tidak akan menggunakan vaksin yang dikembangkan oleh negara lain, di mana sistem regulasinya dianggap jauh lebih tidak transparan dibanding negara-negara Barat.
“Saya sungguh berharap China dan Rusia benar-benar menguji coba vaksinnya sebelum vaksin tersebut diberikan ke orang,” kata Fauci dalam rapat dengan Kongres AS hari Jumat (31/7/2020) seperti dilansir AFP.
Alex Azar, sekretaris Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan Amerika Serikat, hari Jumat mengumumkan bahwa sebagai bagian dari “Operation Warp Speed” –program percepatan pengadaan obat dan vaksin yang dibutuhkan untuk penanggulangan Covid-19— pemerintah Amerika Serikat akan membayar raksasa farmasi Sanofi dan GlaxoSmithKline (GSK) hingga $2,1 miliar untuk pengembangan vaksin yang cukup untuk 50 juta orang dengan opsi untuk membeli 500 juta dosis tambahan, lansir Reuters.*