Hidayatullah.com — Mantan pemain Premier League yang juga striker Timnas Senegal Demba Ba menyerukan dunia sepak bola untuk mengecam perlakuan China terhadap Muslim Uighurnya, berapapun biayanya. “Gerakan Black Lives Matter lebih kuat ketika orang-orang non-kulit hitam mendukungnya,” Ba mengatakan pada BBC Sport (19/08/2020). “Kapan kita akan melihat seluruh dunia membela Muslim?” lanjutnya.
Lebih dari satu juta orang etnis Uighur diyakini telah ditahan di kamp-kamp penjara karena etnis dan keyakinan mereka. Laporan lain mengatakan bahwa pemerintah China juga memisahkan anak-anak Uighur dari orang tua mereka dan memaksakan sterilisasi paksa.
Rekaman para tahanan Uighur dengan penutup mata yang digiring ke kereta api telah menjadi viral. Dokumen-dokumen yang bocor merinci bagaimana “disiplin dan hukuman” di kamp penahanan, termasuk juga penyiksaan.
China, yang awalnya menyangkal keberadaan kamp tersebut, sekarang mengatakan bahwa itu adalah sekolah sukarela untuk pelatihan anti-ekstremisme. Sedangkan, banyak laporan yang menyebutnya sebagai kamp re-edukasi demi mengintegrasi etnis Uighur dengan etnis Han China dan ideologi komunis.
“Saya harus mencoba dan mengatur sesuatu agar para pemain sepak bola bisa berkumpul dan, sementara itu, membicarakan masalah ini karena tidak banyak orang yang mau,” kata mantan penyerang West Ham, Newcastle dan Chelsea Ba.
“Saya tahu ada pesepakbola yang ingin memperjuangkan keadilan, baik Muslim, Budha, Kristen, kepercayaan apapun.” “Sebagai olahragawan, kita memiliki kekuatan yang bahkan tidak kita ketahui. Jika kita berkumpul dan berbicara, banyak hal berubah. Jika kita berdiri, orang-orang akan berdiri bersama kita,” lanjutnya dikutip BBC.
Liga Premier memberikan lampu hijau untuk menunjukkan dukungan publik terhadap gerakan di seluruh dunia untuk keadilan rasial, yang digerakkan oleh kematian George Floyd dalam tahanan polisi di Amerika Serikat pada bulan Mei. Pemain dari semua klub ‘berlutut’ sebelum kick-off sementara nama pemain di bagian belakang kaos diganti dengan slogan Black Lives Matter setelah permintaan kolektif ke Liga Premier.
Ba bukanlah pesepakbola pertama yang berbicara kepada publik terkait masalah Uighur. Mesut Ozil dari Arsenal memposting di media sosial pada bulan Desember, menyoroti penindasan Uighur dan menyerukan solidaritas dari sesama Muslim.
Klubnya, yang memiliki kantor komersial dan restoran di China, dengan cepat menjauhkan diri dari komentar Ozil, mengklaim di situs media sosial China Weibo sebagai “selalu apolotis”. Televisi pemerintah China mencabut siaran pertandingan Arsenal melawan Manchester City dari jadwal akhir pekan berikutnya, sementara Ozil, yang kontrak sponsor pribadinya dengan raksasa pakaian olahraga Adidas telah berakhir, telah dihapus dari game konsol sepak bola di negara itu.
China adalah wilayah dengan hak penyiaran televisi luar negeri paling menguntungkan di Liga Premier dengan kesepakatan tiga musim yang dicapai pada tahun 2019 bernilai £564 juta. Ba yakin para pemain berada di bawah tekanan untuk tetap bungkam terkait Uighur.
“Jika ada risiko finansial pada Black Lives Matter, itu tidak akan terjadi,” tambahnya. “Arsenal berbicara tentang Black Lives Matter, tetapi ketika terkait tentang kehidupan Uighur, Arsenal tidak ingin membicarakannya karena tekanan dan dampak ekonomi.
“Ketika ada keuntungan finansial, sebagian orang menutup mata. Uang memiliki nilai lebih dari nilai yang sebenarnya,” katanya. “Saya pikir klub memberi banyak tekanan pada pemain untuk tidak terlibat, tetapi bagaimana Anda tidak bisa terlibat ketika Anda melihat ketidakadilan dengan mata kepala anda sendiri?”*