Hidayatullah.com—Orang-orang Kurdi yang tinggal di sebuah daerah di Prefektur Saitama yang dijuluki “Warabistan” mengalami bencana ekonomi setelah kehilangan pekerjaan akibat dampak pandemi Covid-19.
Sebuah “kampung tenda” yang didirikan oleh penduduk lokal guna membagikan pakaian dan makanan gratis, serta layanan konsultasi, menarik minat orang Kurdi untuk mengunjungi sebuah lapangan di depan stasiun JR Kawaguchi pada hari Ahad (1/11/2020), lapor Asahi Shimbun.
Sekitar 2.500 orang Kurdi yang lari dari kampung halamannya karena dipersekusi saat ini tinggal di Jepang.
Sekitar 2.000 orang atau 80% di antaranya bermukim di Kawaguchi dan kota di dekatnya Warabi, sehingga kawasan itu kemudian dikenal sebagai “Warabistan” meniru Kurdistan daerah asal orang Kurdi.
Lebih dari 700 di antara mereka saat ini sedang dalam proses pengajuan suaka.
Mereka yang visanya sudah kadaluarsa atau sedang dalam status pembebasan bersyarat tidak memiliki kartu izin tinggal, sehingga menyulitkan bagi mereka untuk mencari pekerjaan, atau menerima tunjangan kesejahteraan dan kesehatan.
Mereka bertahan hidup dengan saling membantu.
Kondisi pandemi coronavirus semakin menambah kesulitan, sebab selain tidak bisa mendapatkan pekerjaan mereka juga dianggap tidak layak memperoleh bantuan 100.000 yen ($950) dari pemerintah daerah yang diberikan kepada penduduknya.
Seorang pemuda Kurdi berusia 19 tahun mengatakan dia ke Jepang bersama dengan lima anggota keluarganya. Ayahnya bekerja sebagai tukang batu, tetapi kehilangan pekerjaan akibat pandemi, sehingga keluarganya kesulitan membayar sewa rumah dan membeli makanan.
“Saya punya adik-adik lelaki tetapi saya tidak bisa mencari kerja,” ujarnya.
Dia mengatakan tidak memiliki asuransi kesehatan dan berutang 90.000 yen kepada sebuah rumah sakit.
“Saya tidak sanggup untuk berobat kalau terkena flu biasa, apalagi coronavirus,” kata pemuda itu.
Tidak ingin berdiam diri melihat orang yang kesulitan, sejumlah kelompok peduli orang Kurdi di Jepang bersama sejumlah pengacara dan aktivis anti-kemiskinan mendirikan 14 tenda di lapangan dekat stasiun kereta JR Kawaguchi.
Bagi orang Kurdi yang tinggal di sana, masalah seperti pendidikan merupakan urusan sekunder, kata Hidenobu Matsuzawa, pimpinan eksekutif sebuah komite yang dibentuk untuk melindungi hak orang Kurdi untuk eksis.
“Mereka tidak punya uang untuk itu (pendidikan). Mereka menghadapi masalah yang lebih pelik seperti tidak mampu membayar biaya rumah sakit,” kata Matsuzawa.
Komite tersebut berencana membuat program lanjutan bagi orang-orang Kurdi yang datang mengunjungi kampung tenda mereka.*