Hidayatullah.com—Pemimpin Austria hari Kamis (5/11/2020) menyeru agar dilakukan perubahan hukum sehingga ada lebih banyak opsi untuk memerangi ekstrimisme dan meminta supaya lembaga intelijen di negara itu diubah.
Usulan tersebut diutarakan setelah pekan ini terjadi serangan mematikan oleh seorang simpatisan ISIS alias IS yang sebelumnya diketahui pihak berwenang berusaha membeli amunisi di negara tetangga Slovakia.
Pelaku penembakan, yang diidentifikasi bernama Kujtim Fejzulai berusia 20 tahun, sebelumnya pernah menjadi terdakwa karena berusaha bergabung dengan ISIS di Suriah dan dikeluarkan dari penjara lebih awal pada Desember 2019.
Otoritas di Slovakia pada tanggal 23 Juli memberikan informasi kepada Austria bahwa dua orang yang mengendarai sebuah mobil berplat nomor Austria berusaha membeli amunisi senapan serbu di sebuah toko di Bratislava. Direktur keamanan publik Austria Franz Ruf hari Kamis mengakui bahwa pihaknya sudah mengidentifikasi salah satu dari kedua orang itu diduga adalah Fejzulai pada 16 Oktober –lebih dari dua pekan sebelum dia melakukan serangan.
Dalam konferensi pers di Wina Ruf mengatakan saat ini sedang dilakukan investigasi apakah ada kesalahan prosedur keamanan yang dilakukan aparat, lansir Associated Press.
Pihak berwenang Austria tidak dapat mencabut status kewarganegaraan Fejzulai –yang memegang paspor Austria dan Makedonia Utara— setelah dia divonis bersalah tahun lalu, dan dia mengelabui sistem program deradikalisasi setelah mendapat pembebasan dini sehingga aparat mengiranya sudah tidak lagi berpikiran ekstrimis.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, seorang pria melakukan aksi penembakan di Wina pada Senin malam (2/11/2020), menewaskan empat orang dan melukai lebih dari 20 orang lain dengan sebuah senjata otomatis. Pelaku ditembak mati oleh petugas, sembilan menit setelah polisi mendapatkan laporan pertama tentang aksi brutal itu.
Dalam rapat khusus hari Kamis dengan parlemen, Kanselir Sebastian Kurz mengatakan bahwa saat ini Austria tidak memiliki alat hukum untuk memonitor dan menghukum ekstrimis, dan pemerintah tidak dapat membiarkan peristiwa penembakan Senin malam itu terjadi kembali.
Kantor berita APA melaporkan bahwa Kurz tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang rencana perubahan apa saja yang akan dilakukannya. Kurz mengatakan badan intelijen domestik Austria kehilangan kepercayaan dengan adanya peristiwa itu dan skandal-skandal lain belakangan ini.*