Hidayatullah.com—Peru hari Ahad (31/1/2021) mulai memberlakukan aturan ketat lockdown guna meredam lonjakan kasus infeksi Covid-19, tetapi aturan tersebut justru tidak diindahkan oleh banyak orang yang tinggal di ibukota.
Presiden Francisco Sagasti tampil di layar kaca mendesak masyarakat Peru untuk “berbuat lebih guna membantu meredam lonjakan infeksi dan kematian” Covid-19. Pemerintahannya meminta agar warga di ibukota dan sembilan daerah lain di Peru untuk membatasi bepergian ke luar rumah paling lama hanya 60 menit. Pemerintah juga menutup gereja, tempat olahraga, museum, perpustakaan serta banyak institusi lain, lansir Associated Press Senin (1/2/2021).
Namun di lapangan, pasar dan tempat-tempat usaha dipenuhi orang. Sebagian sopir bus bahkan mengabaikan kewajiban penggunaan masker. Tujuh puluh persen warga Peru tidak memiliki penghasilan apabila mereka diam di rumah tidak pergi bekerja.
Pemerintah mengatakan akan memberikan bantuan $165 untuk setiap keluarga beranggotakan empat orang, tetapi hanya akan cair setelah melewati dua pekan masa karantina.
Ratusan orang menyemut di terminal-terminal bus di kota Lima untuk menuju daerah-daerah pedesaan yang tidak terlalu dibatasi mobilitas sebelum terminal nanti ditutup pada pekan ini. Penerbangan dari Brazil dan Eropa sudah dibatalkan.
Kepala Kepolisian Lima Jorge Angulo mengatakan pihaknya akan berusaha menegakkan aturan pembatasan Covid-19, dan dia juga mengatakan bahwa 540 anak buahnya telah meninggal dunia akibat coronavirus.
Negara berpenduduk sekitar 33 juta jiwa itu sejauh ini mencatat lebih dari 1 juta kasus infeksi dan lebih dari 40.000 kematian Covid-19.*