Hidayatullah.com–Seorang hakim garis keras diprediksi akan memenangkan Pemilihan Presiden Iran yang berlangsung hari ini Jumat (18/6/2021) ini. Namun banyak pemilih Iran diperkirakan mengabaikan pemilu karena ketidakpuasan dengan kondisi ekonomi yang buruk dan aturan yang kaku.
Lebih dari 59 juta orang Iran memenuhi syarat untuk memilih tetapi jajak pendapat menunjukkan hanya 41 persen yang akan membuat pilihan mereka. Ebrahim Raisi, yang merupakan sekutu dekat pemimpin tertinggi, Ali Khamenei, diperkirakan akan menang.
Berdasarkan laporan AP, Ebrahim Raisi memiliki latar belakang sebagai ketua hakim di Iran. Ia juga dinilai sebagai seorang garis keras. Polling dan analis di Iran menyebut Ebrahim Raisi unggul dibandingkan tiga kandidat lain.
Jika terpilih, Hakim Raisi akan menjadi presiden Iran pertama yang mendapat sanksi dari Amerika Serikat. Dia dituduh terlibat dalam pembantaian tahanan politik 1988.
Saingan utamanya adalah mantan Kepala Bank Sentral yang moderat, Abdolnasser Hemmati. Dalam sebuah wawancara dengan Financial Times, Hemmati mengatakan dia tidak mengesampingkan kemungkinan negosiasi dengan Presiden Joe Biden tetapi mengandalkan sikap dan tindakan Amerika.
Menurut Hemmati, jika terpilih, dia akan berupaya agar sanksi terhadap Iran dicabut, sesuatu yang menurutnya sangat penting. Para pemimpin Iran memang berharap sanksi internasional akan dicabut karena sangat mempengaruhi perekonomian negara Teluk itu.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pemilihan di Iran datang pada saat yang kritis, dengan Iran dan AS bekerja untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, juga di tengah upaya untuk menghidupkan kembali hubungan diplomatik Iran dengan saingan regionalnya Arab Saudi.
Masa jabatan Presiden Hassan Rouhani akan berakhir pada 3 Agustus, dengan kaum konservatif diperkirakan akan mengambil alih dari kaum reformis.*