Hidayatullah.com — Kekerasan komunal yang mematikan telah pecah di Bangladesh setelah tuduhan penodaan agama berlangsung di Kota Cumilla. Kekerasan dipicu oleh video dan tuduhan yang tersebar di media sosial bahwa sebuah Al-Quran, kitab suci umat Islam, telah diletakkan di atas lutut patung Dewa Hindu Hanuman.
Hal ini menyebabkan puluhan kuil Hindu diserang dan polisi melepaskan tembakan ke arah kerumunan. Sedikitnya tujuh orang tewas dalam kerusuhan tersebut.
Pemerintah mengerahkan pasukan paramiliter ke 22 distrik setelah ketegangan agama dan kekerasan pecah pada hari Rabu. Kekerasan terus berlangsung hingga pada hari Jumat dan Sabtu.
Kekerasan komunal kembali meletus di ibu kota, Dhaka, serta di kota selatan Begumganj. Satu orang Muslim dan dua orang Hindu tewas dalam insiden ini, kutip sirfnews.com.
Masalah tersebut dipicu oleh video dan tuduhan yang tersebar di media sosial bahwa sebuah Al-Qur’an, kitab suci umat Islam, telah diletakkan di atas lutut patung dewa Hindu Hanuman, di sebuah kuil yang didirikan untuk umat Hindu selama festival Durga Puja dari 11-15 Oktober. Festival dimeriahkan pertunjukan budaya, drama dan pameran sambil menerima persembahan susu, manisan dan buah-buahan yang dikenal sebagai prasad.
Protes Minoritas
Di sisi lain, anggota kelompok agama minoritas berbaris di jalan-jalan ibu kota Bangladesh, Dhaka, menuntut hukuman bagi pelaku kekerasan komunal terhadap umat Hindu selama festival tahunan Durga Puja.
Sekitar 1.000 orang bergabung dalam aksi pada 16 Oktober di depan Museum Nasional yang diselenggarakan oleh Puja Celebration Council, sebuah forum Hindu yang mengawasi perayaan Durga Puja di Bangladesh. Ikut dalam aksi ini Anggota Dewan Persatuan Kristen Buddha Hindu Bangladesh dan Asosiasi Kristen Bangladesh.
“Kekerasan terhadap umat Hindu dan perusakan berhala agama dan puja mandap [tempat] di berbagai bagian negara telah direncanakan. Kekerasan seperti itu telah terjadi di masa lalu tetapi keadilan belum ditegakkan. Jika Bangladesh adalah tanah harmoni, mengapa umat Hindu terus menghadapi kekerasan komunal berulang kali? Kami menginginkan jawaban, penyelidikan yang tepat, dan hukuman yang patut dicontoh bagi para pelaku,” kata Mrinal Kanti Dutta, presiden Dewan Perayaan Puja.
Dutta menuduh bahwa pemerintah dan polisi di belasan distrik termasuk Cumilla, Chandpur, Noakhali dan Chittagong gagal bertindak cepat untuk menghentikan gerombolan Muslim yang dihasut oleh penodaan Al-Qur’an dalam sebuah puja mandap di Cumilla pada 13 Oktober.
Pada hari yang sama, sekitar 10.000 Muslim di Dhaka memprotes apa yang mereka sebut menyakiti sentimen keagamaan umat Islam dengan penodaan Al-Quran. Sebagian besar pengunjuk rasa membawa spanduk partai politik Islam.
“Turunkan musuh-musuh Islam” dan “Gantung pelakunya” adalah di antara slogan-slogan yang mereka nyanyikan. Para pemimpin mereka menyerukan hukuman mati bagi mereka yang bertanggung jawab karena diduga menempatkan Al-Quran di atas lutut Dewa Kera Hindu Hanuman di tempat Durga Puja di Kecamatan Cumila.*