Hidayatullah.com–Para turis telah diperdayai di pasar kembang ternama di kota Amsterdam, Belanda. Pasalnya, hanya 1% saja umbi tanaman tulip yang dijual di pasar terapung kota itu yang benar-benar bisa berbunga, kata pihak investigator.
Sebuah komisi penyelidik yang dibentuk pemerintah wilayah ibu kota Belanda dan asosiasi petani tulip juga kerap mendapati hanya satu bunga yang tumbuh mirip seperti dalam gambar kemasan, serta jumlah umbi dalam kemasan sering kali lebih sedikit dibanding jumlah yang diiklankan.
“Hasil penyelidikan menunjukkan penipuan terhadap konsumen yang kronis,” dalam penjualan umbi tanaman tulip di pasar kembang terapung kota Amsterdam, kata asosiasi petani bunga Belanda KAVB seperti dikutip kantor berita AFP Selasa (15/10/2019).
“Jutaan turis dan pelancong ditipu,” kata Rene le Clercq, ketua KAVB.
Pasar kembang terapung merupakan salah satu ciri khas kota Amsterdam yang tersohor dan sudah ada sejak tahun 1862, ketika para penjual bunga menjalankan rakit-rakit mereka di Sungai Amstel lalu menepikannya di kanal-kanal kota Amsterdam untuk menjajakan dagangan mereka.
Kepopulerannya menginspirasikan lagu “Tulips from Amsterdam”, versi yang terkenal dinyanyikan tahun 1958 oleh biduan Inggris Max Bygraves.
Pada masa sekarang ini, pasar kembang terapung itu berupa jajaran rakit yang ditambatkan permanen dilengkapi dengan rumah-rumah kaca kecil di atasnya. Pedagang di sana tidak hanya menjual umbi bunga tulip, tetapi juga bunga narcissus, snowdrop, carnation, violet, peoni, serta anggrek.
Tim investigasi menemukan permasalahan serupa di kawasan yang dikenal sebagai jalan kembang di Lisse, kota kecil di selatan Amsterdam di mana terdapat banyak sekali umbi tanaman bunga dan lokasi taman Keukenhof yang tersohor.
Dari umbi-umbi tanaman bunga yang dibeli dari kios-kios di Lisse, hanya 2% yang pernah berbunga, kata KAVB.
Sejak pertama kali diimpor dari wilayah Kesultanan Ustmaniyah (sekarang negara Turki) 400 tahun silam, tulip menjadi simbol nasional Belanda dan penjualan umbi tanaman bunga tulip menjadi salah satu pemain utama dalam perekonomian Belanda, kata Le Clercq.
“Namun, penipuan terkait umbi tulip merupakan masalah yang sudah ada sejak 20 tahun terakhir,” imbuhnya.
Korbannya sering kali adalah turis, kata Andre Hoogendijk, direktur KAVB. “Seorang turis yang membeli umbi jelek kemungkinan besar tidak akan kembali lagi,” kata Hoogendijk kepada kanal TV AT5.
Para pedagang di pasar mengatakan kepada AT5 bahwa mereka mengetahui adanya keluhan tentang hal itu.
“Di sini memang ada kios yang menjual sampah. Itu merugikan semua orang, sebab mencitrakan seluruh pasar kembang ini buruk,” kata pedagang itu.
Pemerintah kota Amsterdam dan KAVB sudah membawa masalah itu ke lembaga perlindungan konsumen Belanda.*