Hidayatullah.com–Uji coba medis pertama di dunia yang diizinkan untuk secara sengaja menularkan coronavirus kepada partisipan, sedang mencari lebih banyak sukarelawan untuk mengembangkan vaksin yang lebih baik.
Dilansir Reuters Rabu (26/1/2022), uji coba yang dilakukan oleh Oxford University itu diluncurkan pada April 2021, tiga bulan setelah Inggris menjadi negara pertama yang menyetujui apa yang dikenal sebagai “challenge trials for humans involving Covid-19“.
Pada tahap pertama, yang saat ini masih berlangsung, peneliti berupaya menemukan seberapa banyak virus yang dibutuhkan untuk memicu terjadinya infeksi pada manusia. Pada tahap kedua, peneliti berusaha menemukan respon imun seperti apa yang dibutuhkan untuk mengenyahkan infeksi tersebut, kata tim penelitian dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Selasa.
Saat ini para peneliti hampir dapat memastikan kemungkinan infeksi virus terlemah yang membuat sekitar setengah partisipan yang terpapar coronavirus mengalami Covid-19 tanpa gejala (asimptomatik) atau dengan gejala ringan.
Selanjutnya, sukarelawan – yang semuanya sebelumnya pernah terinfeksi secara alami atau sudah divaksinasi – akan diberikan (ditulari dengan sengaja) virus varian original dalam dosis tertentu guna mengetahui kadar antibodi yang diperlukan sehingga tubuh manusia bisa mencegah terjadinya infeksi.
“Ini adalah respons imun yang kemudian perlu kita induksi dengan vaksin baru,” kata Helen McShane, profesor vaksinologi di Oxford University dan kepala peneliti dalam riset tersebut.
Hasil dari uji coba yang dilakukan peneliti nantinya akan membantu untuk pengembangan vaksin dengan lebih cepat dan efisien, kata pernyataan tersebut.
Para ilmuwan telah menggunakan uji coba tantangan manusia selama beberapa dekade untuk mengembangkan perawatan terhadap banyak penyakit menular lain, tetapi ini adalah penelitian pertama yang dilakukan terkait Covid-19.
Kelemahan dari uji coba dengan metode ini adalah risiko bahaya bagi sukarelawan yang tertular penyakit ini. Namun, pihak universitas sudah siap untuk mengambil tindakan pencegahan.
Sukarelawan yang ingin berpartisipasi dalam penelitian ini harus berbadan sehat dan berusia 18-30 tahun. Mereka akan menjalani karantina setidaknya 17 hari, dan partisipan yang mengalami gejala nanti akan diberikan Ronapreve, obat antibodi monoclonal untuk pasien Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Regeneron.*