Hidayatullah.com–Polisi di Rwanda menangkap enam pastor yang dianggap “otak” pembangkangan perintah penutupan sejumlah gereja di negara itu.
Tersangka diduga “menggelar pertemuan-pertemuan ilegal.dengan tujuan buruk” menyusul penutupan lebih dari 700 gereja dan sebuah masjid di ibukota Kigali, lapor BBC Selasa (6/3/2018).
Pemerintah mengatakan rumah-rumah ibadah yang diperintahkan ditutup itu semuanya gagal memenuhi regulasi bangunan dan peraturan polusi suara.
Termasuk yang ditangkap adalah pastor terkemuka Uskup Rugagi Innocent.
Dia terdengar mengatakan bahwa keputusan penutupan gereja-gereja tersebut “tergesa-gesa”, lapor wartawan BBC Prudent Nsengiyumya.
Jubir Kepolisian Rwanda Theos Badege mengatakan kepada AFP hari Selasa (6/3/2018) bahwa keenam pastor gereja Pantekosta tersebut melakukan “pertemuan-pertemuan ilegal dengan tujuan buruk yang ditujukan agar perintah [penutupan gereja] itu tidak dipatuhi.”
“Setelah penutupan gereja yang tidak memenuhi standar itu, beberapa pemimpin gereja mulai menggelar pertemuan guna membangkang dan merecoki perintah [penutupan tersebut],” imbuh Badege. Polisi kemudian memulai investigasi guna mencari biang-biang kerok di balik tindakan ilegal tersebut.
Kebanyakan gereja yang ditutup adalah gereja Pantekosta berukuran kecil.
Gereja Pantekosta, kerap dikelola oleh tokoh Kristen lokal yang kharismatik yang mengklaim dapat menyembuhkan penyakit lewat keajaiban, beberapa tahun belakangan tumbuh subur di banyak bagian di Afrika.
Sebagian dari gereja itu berukuran masif, menarik minat jemaat hingga ribuan setiap hari Minggu. Namun, sebagian lainnya hanya berupa bamgunan gereja kecil yang dibangun tanpa memiliki izin.
Seorang pejabat pemerintah mengatakan kepada BBC bahwa sebagian dari 700 gereja yang ditutup sudah dibuka kembali, setelah mendapat persetujuan petugas inspeksi.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurut rancangan undang-undang baru yang diusulkan, semua pastor harus memiliki latar belakang pendidikan teologi sebelum membuka gereja.
Pejabat pemerintah Justus Kangwagye mengatakan kepada BBC bahwa mereka hanya diminta memenuhi persyaratan standar sederhana yang tidak rumit.
Namun, Presiden Rwanda Paul Kagame sendiri mempertanyakan perlunya gereja sebanyak itu di ibukota Kigali.
“Tujuh ratus gereja di Kigali? Apa mereka itu penggali-penggali lubang yang menyediakan air untuk rakyat?” sindir Kagame, hari Kamis lalu seperti dikutip koran East African.*