Hidayatullah.com— Abdel Hamid Alyousef (29) yang tengah berduka membuai bayi kembarnya yang berusia 9 bulan, Aya dan Ahmad. Ia membelai rambut keduanya, sembari menahan isak tangis, lalu bergumam, “Katakan selamat tinggal, anakku, katakan selamat tinggal,” ujar Hamid Alyousef kepada anaknya yang sudah tidak bernyawa lagi sebagaimana diceritakan Reuters.
Setelah itu, Alyousef membawa jenazah anak ke liang lahad di mana 22 anggota keluarganya dimakamkan.
Anak kembar Alyousef tewas akibat terjangan bom kimia di Provinsi Idlib, Suriah yang diduga dilakukan tentara Rezim Bashar al Assad.
Abdul Hamid Youssef telah kehilangan hampir semua anggota keluarga mulai dari dua anak kembarnya yang baru berusia sembilan bulan, istri, dua abang, tiga keponakan dan tetangganya.
Baca: 100 Warga Tewas Termasuk Anak-anak Oleh Serangan Gas Beracun Tentara Bashar al Assad
Mereka antara lebih 100 korban termasuk setidaknya 30 anak-anak dan 20 wanita yang tewas dalam serangan kimia di kota Khan Sheikhoun, Suriah, awal Selasa lalu. Jumlah korban kemungkinan meningkat.
Dalam perjalanan ke pemakaman, Abdel Hamid meminta sepupunya merekam kata-kata perpisahannya kepada anaknya ketika dalam van.
Ketika serangan, Abdel Hamid, berada bersama anak kembar pria dan perempunnya itu.
“Ketika serangan terjadi, saya tepat di sisi mereka. saya segera membawa anak dan istriku keluar dari rumah,” ceritanya dikutip laman Al Arabiya.
Baca: Rabithah ‘Alam Islami Mengutuk Serangan Kimia Rezim Bashar di Khan Syaikhun
Saat itulah, istri dan anak kembar Alyousef roboh. Matanya terpejam dan tak sadarkan diri. Melihat hal demikian, ia bergegas mencari pertolongan. Ketika itu, Alyousef mendapat tumpangan untuk membawa keluarganya ke rumah sakit. Di mobil yang ditumpanginya tersebut, ia memeluk erat anak kembarnya yang telah terpejam dalam balutan kain berwarna putih. Sesekali ia belai rambut keduanya sambil menahan desakan air mata. Hatinya terkoyak.
Mobil tersebut segera dipacu menuju ke fasilitas medis atau rumah sakit terdekat. Alyousef meyakinkan ia bahwa keluarganya akan baik-baik saja. Mereka pasti selamat, pikirnya.
Setibanya di rumah sakit, Alyousef tidak menunggu anak dan istrinya siuman. Ia bergegas pergi untuk mencari kerabat dan saudaranya.
Dalam pencarian tersebut, hati Alyousef semakin tercabik. Ia menemukan jenazah dua saudaranya, dua keponakan, serta tetangga dan teman-temannya. Dan ternyata nyawa anak kembarnya serta istrinya juga tak bisa terselamatkan.
“Aku tidak bisa menyelamatkan siapapun. Mereka semua tewas sekarang,” ucapnya.
Serangan di Khan Sheikhoun itu lebih tragis bagi keluarga Alyousef karena banyak orang jadi korban.
Baca: Turki Pastikan Serangan Udara di Khan Sheikhoun Gunakan Senjata Kimia
Menurut saksi, empat roket melanda daerah itu pada 6.30 pagi hari Selasa. Alaa Alyousef mengatakan, keluarganya terbangun oleh suara ledakan empat roket pada pagi setelah Subuh. Yang pertama mereka lihat adalah gumpalan asap. Ayahnya bergegas keluar dan kembali ke rumah setelah melihat seorang perempuan terjatuh karena terpapar asap tersebut. Ia memerintahkan keluarganya untuk menutup jendela dan melindungi wajah dengan pakaian yang dibasahi air dan cuka.
Mereka beruntung karena angin menyapu ke arah yang berlawanan, kata Alaa.
“Kami masih terkejut. Banyak anggota keluarga masih hilang. Kami takut memasuki rumah lain karena mungkin menemukan lagi mayat, “katanya.
Selasa lalu, Alaa dan anggota keluarga lain ikut mengubur jenazah para korban.
Mengingat kembali kejadian itu, seorang lagi anggota keluarga Alyousef, Aya Fadl mengatakan, dia berlari dari rumahnya sambil menggandeng anak lelaki berusia 20 bulan karena berharap agar aman dari gas beracun di luar.
Sebaliknya, guru bahasa Inggris berusia 25 tahun itu datang dengan truk pickup membawa mayat korban lain, termasuk beberapa anggota keluarga dan siswanya.
“Ammar, Aya, Mohammed, Ahmad, aku mencintai kalian, burungku. Mereka betul-betul seperti burung. Tante Sana, paman Yasser, Abdul Karim, tolong dengarkan aku,” ucapnya kepada wajah-wajah tak bernyawa itu.
Baca: Pemimpin Eropa: Semua Bukti Serangan Senjata Kimia Mengarah Bashar al Assad
“Saya melihat mereka. Mereka semua meninggal dunia. Semua sudah mati.”
Bahkan dalam neraka Suriah yang menelan hampir setengah juta nyawa manusia, tragedi di Khan Sheikhoun tetap membuat dunia tercekat.
“Serangan terhadap anak-anak kemarin berdampak besar pada saya, dampak yang besar,” kata Presiden AS Donald Trump. “Pandangan saya terhadap Suriah dan Assad sudah banyak berubah,” imbuhnya. “Sekarang Suriah menjadi tanggungjawab saya.”
“Suasanya memang dasyat. Semua orang menangis dan sulit bernapas.
“Kami menghadapi berbagai keadaan susah dan situasi sulit di Suriah. Ini pengalaman paling sulit dan berbahaya yang saya pernah alami, “katanya pada Rabu.
Presiden Bashar Assad dan pemerintah Rusia dituding bertanggungjawab atas serangan gas beracun tersebut. Namun Moskow membantah dan menyebarkan versi lain, bahwa pasukan pemerintah tak sengaja membom gudang dan pabrik senjata kimia milik tentara oposisi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengklaim gejala yang dimiliki korban di Khan Shkeikhoun merupakan dampak dari paparan gas saraf.*