Hidayatullah.com–Majelis Ulama Indonesia (MUI) masih menunggu hasil penyelidikan pemerintah tentang dugaan ratusan anak-anak dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang dibawa kelompok missionaris WorldHelp yang bermarkas di Virginia, Amerika Serikat.
“Sampai sekarang MUI belum menerima konfirmasi dari pemerintah tentang anak-anak Aceh yang diduga dibawa keluar NAD oleh WorldHelp,” kata Sekretaris Jendral MUI, Din Syamsuddin seperti di Jakarta, Minggu (30/1).
Menurut Din, pemerintah seharusnya tidak sebatas membantah isu tersebut melainkan harus melakukan investigasi mendalam.
“Kalau hanya membantah, pemerintah sepertinya hanya ingin menggampangkan masalah dan tidak bertanggung jawab mengenai dugaan itu,” kata Din.
Bahkan, ujar dia, MUI mendapat informasi bahwa ditemukan 30 anak-anak dari Aceh di sebuah rumah di kilometer 11 jalan raya Medan-Binjai, Sumatera Utara.
“Informasi itu baru diterima kemarin malam, namun pihak penampung tidak bisa menjelaskan motif mereka menampung anak-anak Aceh tersebut,” kata Din.
MUI meminta semua pihak yang memiliki maksud baik membantu rakyat Aceh yang tertimpa bencana dengan tidak diam-diam memberikan bantuan. Mereka harus memberitahukan kepada pemerintah atau ke posko-posko resmi penyalur bantuan Aceh, atau ke pihak Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) NAD dan MUI di seluruh Indonesia.
Dia juga mengaku heran dengan bantahan Henry Lantang, pendeta yang menjadi rekanan WorldHelp di Indonesia, bahwa anak korban tsunami di Aceh akan dididik untuk dijadikan umat kristiani seperti yang dimuat di Washington Post.
“Kalau salah, kenapa media sebesar Washington Post memberitakan hal seperti itu,” kata Din.
Sebelumnya, tanggal 13 Januari 2005, koran The Washington Post dengan cukup gamblang. Mengutip WorldHelp Koran ternama AS itu menyatakan, bahwa ”Di masa normal, Banda Aceh tertutup bagi orang asing dan juga penyebar agama.”
Washington Post memberitakan pernyataan Presiden WorldHelp, Vernon Brewer, bahwa anak-anak yang akan diadopsi itu telah berada di Jakarta, dan pemerintah Indonesia telah memberikan izin anak-anak itu ditempatkan di rumah-rumah warga Kristen.
Namun sehari setelah umat Islam melakukan protes, Henry Lantang, wakil WorldHelp di Indonesia, buru-buru meralay bila pihaknya belum memindahkan anak-anak Aceh ke Jakarta. Ia hanya menginformasikan kepada WorldHelp bahwa ia membaca berita tentang 300 anak yatim Aceh yang menunggu untuk diterbangkan di Jakarta. Katanya, belum ada anak Aceh yang diterbangkan di Jakarta dan ditempatkan di keluarga-keluarga Kristen.
Namun Din mengaku, pihaknya mempunyai bukti foto sebuah pesawat bertuliskan WorldHelp yang di depannya ada seorang wanita Indonesia yang berdiri bersebelahan dengan seorang pria asing. Di caption foto tersebut tertulis “Salah satu yang masuk Aceh tanggal 1 Januari 2005.”
The Washington Post adalah media raksasa asal Amerika yang dikenal reputasinya. Bagaimanapun, pernyataan pengurus WorldHelp yang kemudian cepat-cepat meralat pemberitaan media itu haruslah tetap diwaspadai bersama. (kcm/ant/hid/cha)