Kamis, 20 Oktober 2005
Hidayatullah.com—Dai muda, Ustad Arifin Ilham, Selasa siang menjenguk Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Ustad Abu Bakar Ba`asyir di LP Cipinang, Jakarta. Dalam kunjungan mendadak itu, Ba’asyir memberi Arifin Ilham sebuah buku tentang Islam, “Pokok-pokok Dienul Islam”, buku karangan Ustad Abu yang tak pernah dipublikasikan.
Sejumlah wartawan yang berada di LP Cipinang ikut meliput pertemuan dua tokoh penting tersebut.
"Kami mau bersilaturahim dengan Ustad Abu," kata Arifin kepada wartawan sebelum masuk ke LP Cipinang. Arifin dan para jamaahnya datang ke LP Cipinang sekitar pukul 11.50 WIB dengan mengenakan pakaian khas baju koko putih dengan celana panjang dan peci putih.
Selain silaturahmi biasa, tidak ada pembicaraan khus dalam pertemuan dua tokoh tersebut. “Hanya pembicaraan biasa, Ustad Arifin hanya menanyakan kesehatan Ustad Abu., “ ujar Hasyim, ajudan Abubakar Ba’asyir di LP Cipinang. “Apalagi, siang itu sangat mepet dan sudah menjelang dzhuhur, “tambah Hasyim kepada Hidayatullah.com.
Meski hanya kunjungan biasa, boleh jadi silaturahmi Arifin Ilham itu sebagai bentuk dukungan terhadap Abubakar Ba’asyir yang terus mendapat tekanan dari pemerintah Australia dan Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya, Menlu Hassan Wirajuda yang menyatakan pemerintah menjamin tidak ada pemberian remisi lagi bagi Baasyir ketika bertemu Menlu Australia Alexander Downer di Jakarta, Rabu (12/10).
Tak urung, pernyataan Menlu ini membuahkan banyak kecaman. Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Abdul Asri Harahap bahkah meminta pemerintah untuk tidak terpengaruh Australia agar negeri semakin sombong.
"Pernyataan Menlu Hassan sangat kami sesalkan. Tidak semestinya dia bicara begitu karena terkesan pemerintah memenuhi permintaan Australia. Kalau memang tidak akan memberi remisi karena aturannya begitu ya, sudah, tapi tak perlu bilang menjamin tak ada remisi, apalagi itu diucapkan setelah ketemu Downer," katanya.
Menurut Harahap, pernyataan Hassan tersebut akan semakin membuat Australia besar kepala dan bisa jadi akan semakin gemar turut campur urusan dalam negeri Indonesia. (ant/hid/cha)