Hidayatullah.com–Suara pemilih Islam akan cenderung memilih pasangan HM Jusuf Kalla-Wiranto karena pimpinan dua organisasi massa (ormas) Islam, yakni Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, telah mengarahkan pengikutnya kepada pasangan ini.
“Sejauh yang saya lihat, pimpinan ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah secara implisit dan eksplisit sudah mengarahkan warganya (untuk memilih) Jusuf Kalla dan Wiranto,” kata Guru Besar Sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Prof Azyumardi Azra, di Jakarta, Sabtu kemarin.
Azyumardi memperkirakan suara (pemilih) Islam akan utuh masuk ke JK-Wiranto karena pada Pemilu 2009 hanya JK yang bisa direpresentasikan sebagai figur Islam, dan memiliki kedekatan dengan ormas Islam.
“Berbeda dengan Pemilu 2004, suara (pemilih) Islam terpecah-pecah karena banyaknya figur Islam yang bertarung, yakni Hasyim Muzadi (NU), Salahuddin Wahid (NU), Hamzah Haz (NU), Amien Rais (Muhammadiyah), dan Jusuf Kalla (NU). Sementara pada Pemilu 2009, hanya JK yang mewakili figur Islam,” katanya.
Menurut dia, ada tiga faktor yang menyebabkan suara Islam memilih Jusuf Kalla. Pertama, hubungan biologis dan historis antara JK dengan NU dan Muhammadiyah. Kedua, ormas Islam melihat istri JK-Wiranto lebih Islami karena memakai jilbab, dan ketiga, hubungan khusus antara ormas Islam dengan JK selama ini.
JK memiliki hubungan biologis dan historis dengan NU-Muhammadiyah, kata Azyumardi, karena JK adalah pengurus NU. Sementara ibu dan istrinya adalah warga Muhammadiyah. JK selama ini juga terlibat aktif di organisasi KAHMI dan HMI, dan merupakan ketua pengurus masjid di Makassar. Dari isu istri shaleha, kata Azyumardi, JK-Wiranto juga punya nilai lebih karena istri mereka memakai jilbab.
“Warga Muhammadiyah dan kaum Nahdliyin di desa-desa tidak mengerti istilah `neolib` karena istilah tersebut tidak populer di kampung-kampung. Yang mereka lihat dan disebarkan saat ini isu istri shaleha. Karena berjilbab, istri JK-Wiranto dipandang shaleha,” kata Azyumardi.
Faktor Jilbab
Di samping itu, para pimpinan partai Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Bulan Bintang, dan Partai Amanat Nasional, melihat isu jilbab sebagai hal yang serius.
“Saya pernah ketemu dengan pimpinan PKS dan sejumlah partai Islam di daerah. Mereka mengatakan tidak bisa mengingkari faktor jilbab dalam pertimbangan memilih. Jadi kalau saya lihat, koalisi itu hanya terjadi pada tingkat elite partai, namun tidak pada pendukung di tingkat bawah,” ujarnya.
Tentang hubungan khusus JK dengan ormas Islam, Azyumardi Azra mengatakan, sejak JK menjadi Menko Kesra, dia sudah punya kedekatan dengan ormas Islam. “JK sering memberikan bantuan biaya operasional bagi ormas Islam. Bahkan zakat perusahaannya juga diberikan untuk operasional ormas Islam,” kata Azyumardi.
Selama ini, pimpinan ormas Islam mengakui bahwa JK merupakan tokoh yang paling mudah diakses dan mau menampung aspirasi umat Islam.
“Saya sering mendengar komentar dari tokoh-tokoh Islam, JK paling mudah diakses ketika mereka menyampaikan kerisauan dan kegundahan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan Islam. Bahkan, untuk berkomunikasi dengan JK cukup melalui SMS, langsung direspons,” kata Azyumardi.
Ketiga faktor inilah, menurut dia, yang membuat pimpinan ormas Islam bergerak di bawah untuk mengarahkan umatnya ke pasangan JK-Wiranto.
Sementara di kubu SBY-Boediono, terlihat tidak ada upaya untuk melakukan operasi besar-besaran untuk meraih dukungan suara Islam.
Ditanya sekitar berapa persen suara kelompok Islam ke JK-Wiranto, Azyumardi Azra memperkirakan sekitar 80 persen, sisanya ke pasangan lain.
Menjawab soal agenda politik Islam ke depan, dia melihat tidak jelas. Hal itu terjadi karena partai politik yang memakai label Islam lebih cenderung mengutamakan kepentingan politik kepentingan ketimbang ideologis. [suk/hidayatullah.com]
Foto: Azumardi dan foto Istri JK berjilbab