Hidayatullah.com– Indonesia sangat potensial menjadi negeri Muslim demokratis terbesar di dunia, karena Indonesia memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia. Selain itu, karena Indonesia memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia dan demokrasi sedang berlangsung secara baik di Indonesia.
Pernyataan ini disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr. Din Syamsuddin dalam ceramahnya di seminar “Islam and Democracy: An Indonesian Perspective” di Wina, Austria.
Dalam siaran pers yang dikirim ke situs hidayatullah.com, Rabu (15/7) sore, Din mengabarkan tentang keikutsertaannya dalam seminar yang diselenggarakan KBRI Wina dan Austrian Academy of Science ini. Acara ini dihadiri sekitar 100 orang pegiat dan pemerhati demokrasi. Selain Din, dari Indonesia hadir sebagai pembicara adalah Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Indonesia Prof Bahtiar Ali.
Dalam acara itu, Din, juga sempat menyinggung masalah proses pileg dan pilpres yang baru berlangsung di Indonesia, Din mengatakan, secara umum prosesnya berjalan relatif lancar, aman, dan tertib. Meskipun demikian, ia juga mengakui masih banyak kelemahan dan kekurangan.
Menurut Din, demokratisasi Indonesia masih bersifat prosedural, tetapi hal-hal bersifat substantif sudah mulai disuarakan. Inilah yang menjadi concern (perhatian) ormas-ormas Islam, yang tetap mengawal demokrasi agar tidak kehilangan arah dan makna.
Pengaruh Islam
Din juga mengatakan, sebenarnya demokrasi bukan barang baru di Indonesia karena proses demokrasi liberal pernah terjadi pada 1955. Bahkan praktek demokrasi, khususnya musyawarah, sudah hidup berkembang di suku-suku tertentu jauh sebelum negara ada. Hal ini merupakan landasan budaya positif bagi kelangsungan demokrasi karena tanpa landasan kuktural memadai demokrasi akan stagnan.
Menurut Din, akar budaya demokrasi itu ikut dipengaruhi Islam yang menekankan musyawarah dan mufakat. Maka dapat dikatakan bahwa Islam berperan mendorong demokrasi di Indonesia, dan akan menjadi faktor determinant bagi masa depan demokrasi di Indonesia.
Pemilu, kata Din, juga dipengaruhi oleh Islam. Arus utama Islam Indonesia memandang demokrasi kompatibel (selaras) dengan Islam dan dapat berjalan saling memperkuat.
Selama ini, menurut Din, ormas-ormas Islam telah tampil sebagai pendorong dan mengawal demokrasi di Indonesia. Hanya saja menurut Din, demokrasi yang ingin dikembangkan di Indonesia adalah demokrasi yang mengedepankan nilai-nilai etika dan moral, bukan demokrasi liberal. Apalagi yang membenarkan segala cara untuk mencapai kemenangan.
Pada akhir ceramahnya, Din mengatakan, bahwa kemenangan politik Islam di Indonesia tidak hanya ditandai oleh perolehan suara-suara partai Islam dan penguasaan posisi politik kenegaraan, tetapi pada sejauh mana nilai-nilai Islam seperti keadilan, kebenaran, persamaan dapat menjadi bagian dari watak bangsa. [cha/hidayatullah.com]