Hidayatullah.com–Meski tidak sempat berinteraksi dengan Yunan Nasution, tetapi Tifatul Sembiring, Menteri Komunikasi dan Informasi punya penilaian mendalam terkait sosok mantan Sekretaris Jenderal Partai Masyumi era 1955 tersebut.
“Saya memang tidak pernah berjumpa dengannya. Tetapi saya menilai almarhum Yunan Nasution sebagai salah seorang rijalul dakwah (penggerak dakwah),” ucap Tifatul saat menjadi keynote speaker pada acara Refleksi 100 Tahun (1913-2013) HM. Yunan Nasution di Aula Buya Hamka Al-Azhar, Kebayoran Lama Jakarta Selatan, Sabtu (28/12/2013) pagi.
Disebut rijalul dakwah, karena Yunan Nasution merupakan sosok yang jujur, konsisten, dan istiqomah.
“Saya melihat Pak Yunan semasa hidupnya menjalankan janji-janji kepada Allah. Saya tidak tahu janji-janji apa yang dilakukan Pak Yunan dengan Allah,” jelas mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Tifatul melanjutkan, Yunan merupakan sosok yang begitu peduli dengan keselamatan umat.
“Masa muda Pak Yunan sempat dipenjara karena perjuangannya. Ini bukti konsistensinya. Ini merupakan bentuk kecintaan kepada umat,” tegasnya.
Sementara itu, Akbar Tanjung, mantan Ketua DPR RI yang juga turut hadir pada acara itu mempunyai pengalaman berharga dengan Yunan Nasution.
“Dulu beliau yang menjadi saksi dan penceramah saat saya menikah pada tahun 1981 di Solo,” terang Akbar.
Ceramah itu, kata Akbar, sangat membekas dan menjadi pegangan dirinya saat menapaki kehidupan rumah tangga.
“Tentunya saya menjadi suami yang baik karena terinspirasi dengan ceramah Pak Yunan waktu saya menikah,” kata Akbar.
Refleksi 100 Tahun HM. Yunan Nasution diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar bekerjasama dengan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Pada acara ini dihadiri pula sejumlah tokoh Islam seperti, AM Fatwa, Jimly Assidiqie, dan Fadli Dzon.
Acara ini merupakan napak tilas pribadi maupun perjuangan Yunan Nasution. Yunan Nasution tercatat pernah menjadi Ketua Partai Masyumi DKI Jakarta Raya.
Atas prestasinya, ia diangkat menjadi sekretaris jenderal Partai Masyumi pada Pemilu 1955. Ia juga sempat memimpin Harian Abadi yang merupakan corong Masyumi. Harian ini kemudian diberedel oleh Orba pada tahun 1974
Selain itu, Yunan Nasution adalah perintis buletin dakwah setiap Jumat. Yunan Nasution wafat pada 29 November 1996 di Jakarta.*