Hidayatullah.com– Peran besar ulama dan umat Islam dalam merebut,mempertahankan hingga mengisi kemerdekaan Indonesia tidak bisa dipungkiri.Namun akhir-akhir ini ada upaya untuk menghilangkan peran dan jasa ulama dari sejarah Indonesia sedang terjadi.
Demikian disampaikan Menteri Agama, Suryadharma Ali di hadapan peserta “Silaturahmi Menteri Agama dengan Pondok Pesantren, PTAIS dan Tokoh Masyarakat Jawa Barat” di Kota Bandung,Rabu (26/03/2014).
Lebih lanjut Suryadharma Ali menjelaskan bahwa upaya-upaya tersebut sengaja menutup mata akan jasa-jasa ulama dan para santri dalam merebut kemerdekaan dengan mengorbankan semangat nasionalisme untuk mempertahankan tanah airnya.
“Tanpa bermaksud mengecilkan umat lain,semua tahu siapa yang berjasa dalam merebut dan mempertahankan bangsa Indonesia dari tangan kolonialisme barat? Dunia juga mengakui jasa dan peran ulama serta umat Islam,masak orang Indonesia sendiri justru malah ingin mengingkararinya,”sambungnya.
Ia menjelaskan upaya mengenyahkan peran dan jasa tersebut diantaranya adalah adanya upaya yang selalu menuduh dan mengkampanyekan bahwa umat Islam Indonesia sangat tidak toleran. Ia mencontohkan kasus pendirian gereja yang didemo oleh warga sekitar yang mayoritas umat Islam dengan pemberitaan yang besar-besar dan tidak proporsional serta sepihak.
“Padahal kenyataan di lapangan dan fakta hukum bahwa umat Islam melakukan penolakan pendirian tempat ibadah karena Izin Mendirikan Bangungan (IMB) yang bermasalah jadi bukan masalah intoleransi. Hal ini karena di IMB rumah ibadah berbeda dengan IMB bangunan biasa,” jelasnya.
Menag sendiri memberi contoh bahwa beberapa tahun lalu di Jakarta ada bakal masjid yang IMB nya keluar karena tidak mendapat ijin dari lingkungan sekitar yang non Muslim. Padahal, sambungnya, dari Presiden,Wakil Presiden hingga Gubernur dan RT nya orang Muslim. Namun karena tidak mendapat ijin dari lingkungan maka IMB nya tidak keluar hingga sekarang.
“Ini ada di depan mata kita, di Jakarta. Apakah bapak-ibu tahu kasus ini? Tidak,karena tidak diberitakan media. Apakah umat Islam ribut dan protes hingga demo besar-besaran? Tidak, kita tidak ributkan, kita ikuti aturan yang ada, bukan karena kita mayoritas lalu kita dapat seenaknya melanggar aturan. Bandingkan dengan orang lain yang beritanya hingga internasional bahkan untuk menarik perhatian dunia ibadahnya pindah ke istana.Coba katakan dengan jujur siapa yang paling toleransi kalau bukan umat Islam,”jelasnya.
Sikap toleransi umat Islam Indonesia sebagai umat mayoritas terhadap agama lain juga di tunjukan dengan pertumbuhan rumah ibadah.
Suryadharma Ali menyampaikan bahwa berdasarkan data dan fakat yang dimiliki menunjukan dalam 20 tahun terakhir pertumbuhan masjid hanya 63 persen, sementara Gereja Katolik mengalami pertumbuhan 133 persen, Gereja Protestan hingga 153 persen dan rumah ibadah agama Hindu tumbuh sampai 350 persen serta rumah ibadah agama Budha tumbuh hingga 450 persen.*