Hidayatullah.com- Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) dan Organization of Ahlulbayt for Social support and Education (OASE), Jalaluddin Rakhmat mengutip pernyataan KH. ‘Athian Ali Muhammad Da’i, Lc. MA yang menuturkan setiap pemeluk ajaran agama harus radikal, kalau tidak radikal dia tidak beragama dengan benar.
“(Maaf ini Pak Muslih) ini saya kutip langsung dari pernyataan beliau (KH ‘Athian Ali Da’i, red), “Jangan seperti orang BNPT yang saya tidak tahu paham agama atau tidak’, maaf, maaf ini bapak,” kata Jalaluddin yang disambut dengan tawa para peserta saat memaparkan materi dalam acara seminar nasional bertajuk “Menangkal Paham Radikalisme Dalam Dunia Pendidikan” di Gedung Balai Yos Sudarso Lantai 2 Kantor Walikota Jakarta Utara, belum lama ini.
Jalaluddin mengatakan KH. Athian Ali adalah salah seorang ulama saat ini yang pasti banyak dikenal oleh umat Islam (sambil menampilkan sebuah slide yang bergambar Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUII) itu.
“Dulu ia sahabat saya dan semoga Allah menyayangi beliau (KH. Athian Ali, red),” kata Jalaludin sambil tersenyum.
Lebih lanjut lagi, Jalaluddin berkata jika dirinya dianggap berbohong, mengadu domba atau menyebarkan fitnah, maka, lanjutnya, ia menuturkan jika pernyataan KH. Athian Ali dikutip dari situs online Jurnalislam.com yang masih bisa diakses.
“Sakit sekali (tangan kanannya sambil mengelus dada), tentu saja saya tidak sepakat dengan beliau (KH. Athian Ali). Mana ada, lha orang BNPT saja itu kiai (sambil tertawa ringan), masa tidak tahu soal agama,” kata Jalaludin disambut tawa para peserta seminar.
“Sepakat juga tidak apa-apa (yang sejenak langsung disambut dengan tawa peserta seminar), BNPT sudah biasa digituin. Saya dengan beliau saja juga dekat,” sahut Kasubdit BNPT, Muslih Nasuha (yang saat itu juga hadir sebagai pembicara) memotong pemaparan Jalaluddin.
“Bapak dengan Abubakar Ba’asyir saja dekat,” cetus Jalaluddin kembali disambut tawa peserta seminar.
“Kita saja sama-sama dari MUI, dia ketuanya saya sekretaris. Nggak apa-apa,” sahut Muslih menjawab ungkapan Jalaluddin.
“Beliau (Muslih, red) dekat dengan para teroris, mudah-mudahan (teroris) itu dengan saya tidak terlalu dekat, Pak,” ujar Jalaluddin.
Dalam penampilan slide Jalaluddin mengatakan, bangsa Indonesia itu hidup dalam kehidupan pluralistis, keyakinan agama serta keyakinan subjektif masing-masing.
“Saat kita masing-masing berpegang pada keyakinan yang subjektif itu maka kita berpegang pada yang paling tinggi, misalnya kebetulan saya ini anggota DPR, jadi 4 pilar kebangsaan itu tentu menjadi kesepakatan kita bersama,” pungkas Jalaluddin.*