Hidayatullah.com– Ketua Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) Slamet Effendy Yusuf menyampaikan bahwa diskusi pra Muktamar NU yang harus dilaksanakan oleh Steering Committee (panitia pengarah) masih ada sekali lagi yaitu diskusi terakhir yang akan fokus membahas tentang Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) an-Nahdhiyah.
“Kenapa kita mengatakan Aswaja an-Nahdhiyah? Karena banyak orang yang dulu tidak suka dengan istilah itu justru sekarang juga memakai istilah itu. Padahal dulu memusuhi NU. Jadi, sekarang kita tambahin saja dengan an-Nahdhiyah yaitu Aswaja versi kita an-Nahdhiyah,” jelas Effendy kepada hidayatullah.com, saat ditemui di Kantor PBNU Jakarta, Jum’at (05/06/2015).
“Termasuk juga kaitannya dengan pemahaman sumber-sumber Islam yang dijadikan rujukan NU yaitu al-Qur’an, hadits, ijma’, qiyas serta metodologi-metodologi lainnya,” imbuh Effedy yang juga Ketua Steering Committee.
Sebab, menurut Effendy warga NU adalah orang yang rendah hati untuk mengatakan tidak bisa mengambil hukum langsung hanya dari nash al-Qur’an dan Hadist. Itu karena keadaan masyarakat yang selalu mengalami perubahan dan Islam berada di tempat yang berbeda-beda.
“Nah, kalau ada pihak yang mengatakan hanya boleh mengambil sumber hanya dari nash al-Qur’an dan Hadits saja ya monggo, silahkan,” cetus Effendy.
Kalau warga NU, menurut Effendy, tidak sanggup seperti itu sebab warga NU sangat lekat dengan kondisi setempat maupun situasi yang selalu berubah-ubah itu.
“Saya katakan hukum itu adanya berdasarkan ilatnya sebab adanya wujudnya maupun tidak adanya berdasarkan ilatnya, dan juga tentang al’arof terhadap isyarat, itu juga disebut hukum,” paparnya.
Effendi menyampaikan jika diskusi pra Muktamar NU yang diadakan oleh SC itu sebanyak empat kali dengan tempat dan pembahasan yang berbeda-beda di antaranya, pertama di Lombok Raya membahas tentang ahlul hali wal aqdi, kedua di Makasar membahas tentang Islam nusantara dan perkembangannya di Indonesia, ketiga di Medan membahas tentang kedaulatan ekonomi dan pemerataannya.
“Dan diskusi yang terkahir membahas tentang Ahlus Sunnah Wal Jama’ah versi an-Nahdhiyah (NU), yang insyaAllah akan dilaksanakan bersamaan dengan acara Munas Ulama NU dan Rapat Akbar Gerakan Pemuda Anshor di Jakarta pada 12 Juni 2015. InsyaAllah akan dihadiri oleh Presiden dan Wakil Presiden,” papar Effendy.
Selain itu, Effendy juga menyampaikan perihal yang berhubungan dengan kepanitiaan. Dimana, katanya, kepanitiaan dibagi menjadi 2 bagian yaitu panitia pusat dan panitia daerah yang terdiri dari Steering Committee (Panitia Pengarah) dan Organizing Committee (Panitia Pelaksana).
“SC itu menyiapkan materi-materi termasuk diskusi-diskusi yang dilakukan pra-Muktamar dan OC mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan masalah tehnis seperti konsumsi, akomodasi, transportasi dan sebagainya,” jelas Effendy.
Effendi mengungkapkan jika sudah terjalin koordinasi yang baik antara panitia pusat dengan panitia daerah, sehingga persiapannya sudah sangat lengkap dan matang. Menurutnya, tinggal veneu saja yang harus disiapkan untuk tempat sidang muktamar yang sifatnya pleno maupun komisi.
“Untuk sidang komisi tempatnya akan dilaksanakan di empat lokasi, yaitu pesantren Tambak beras, Tebu ireng, Ndjoso sama Denanyar. Keempat pesantren tersebut memang pesantren yang banyak melahirkan kader didikan dari para Muasyis NU,” pungkas Effendy.*