Hidayatullah.com – Warga Nahdliyyin diharapkan tidak terjebak pada pemahaman sempit bahwa NU adalah jama’ah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang paling benar.
Demikian disampaikan KH. Saifuddin Amsir pada sidang komisi B Bahtsaul Masail Maudu’iyah (masalah-masalah terkini) di Ponpes Bahrul Ulum, Jombang, Selasa (04/08/2015).
Salah satu poin penting yang dibahas pada sidang komisi B itu adalah terkait Khashais Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Nahdlatul Ulama.
Terjadi keprihatinan pada saat berlangsungnya sidang, dimana para muktamirin menganggap perlu adanya konsep Ahlus Sunnah Wal Jama’ah an Nahdiyyah, yakni konsep Aswaja khas NU.
Sebagai contoh pandangan keliru yang menjadi prihatin KH. Saifuddin Amsir adalah masih banyak warga Nahdliyyin bahkan para muktamirin yang mengklaim Ahlus Sunnah Wal Jama’ah hanya dari kacamata perbedaan tata cara beribadah.
“Kalau tarawihnya nggak 23 raka’at atau nggak pakai qunut berarti bukan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Ini keliru,” jelas Pengurus Syuriah PBNU ini.
“Saya berhudznuzon bahwa pandangan para muktamirin atau sebagian besar warga Nadliyyin adalah untuk melindungi NU dari oknum-oknum yang mengaku Ahlus Sunnah tetapi sebetulnya bukan,” tambah kiai Betawi ini.
“NU itu sudah pasti Ahlus Sunnah, tetapi Ahlus Sunnah belum tentu NU,” pungkas
Terkait hal tersebut, sidang merekomendasikan untuk tidak menggunakan istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Nahdiyyah pada poin Khashais Aswaja. */Yahya G. Nasrullah