Hidayatullah.com–Pembina Pondok Pesantren Mahasiswa dan Sarjana (PPMS) Ulil Albab Bogor, Jawa Barat, Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin mengatakan jika para pemimpin Indonesia mampu meyakini dengan baik tentang kehidupan akhirat, niscaya mereka bekerja dengan penuh tanggung jawab.
Pernyataan itu, Didin sampaikan menanggapi maraknya krisis kepercayaan masyakarat terhadap pemimpin negeri ini.
“Para pejabat dan pemimpin itu tidak akan bekerja asal-asalan jika mereka menjalankan amanah dengan spirit orientasi akhirat.” ungkap KH. Didin di hadapan ratusan jamaah yang memadati Masjid al-Hijri I, Bogor belum lama ini.
Menurut Guru Besar Insitut Pertanian Bogor (IPB) Bogor ini, maraknya pejabat yang tersandung masalah disebabkan kurangnya keyakinan mereka kepada hari akhirat. Hal itu menjadikan mereka tergoda untuk meraup kepentingan pribadi sebanyak-banyaknya dan lupa terhadap amanah sebagai wakil rakyat.
“Apapun pekerjaan yang dilakukan, jika diniatkan untuk orientasi akhirat, pastinya ia akan memberi manfaat sebesar-besarnya kepada orang lain,” papar pria yang biasa disapa pak kiai ini.
Orientasi kepada hari akhirat, lanjut KH. Didin, adalah salah satu prinsip keselamatan yang wajib dipegang dalam kehidupan seorang Muslim.
Bagi orang beriman, prinsip tersebut tidak boleh lepas dalam setiap aktivitasnya.
“Silakan tanamkan cita-cita pada anak tapi jangan berhenti di cita-cita itu saja,” ungkap KH. Didin. “Mau jadi dokter, jadi pengusaha kaya, silakan! Tapi jangan jadi sekuler gara-gara pekerjaan,” imbuhnya kembali.
Seorang karyawan perusahaan, misalnya, akan mengalami kerugian besar kalau bekerja hanya untuk mendapatkan harta di dunia saja.
Sebaliknya, ia memperoleh keuntungan besar jika kerja tersebut juga diniatkan untuk orientasi akhirat.
Untuk itu, Ketua Dekan Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor tersebut mengaku heran dengan pemimpin yang hanya memuaskan kepentingkan pribadi saja.
“Harta dan kekuasaan itu hanyalah sarana kebaikan dan mengabdi,” ungkap KH. Didin. “Lalu apa yang mesti disombongkan dari dunia ini?” Tanya KH. Didin menutup taushiyahnya.*/Masykur Abu Jaulah