Hidayatullah.com– Ledakan yang terjadi di RT/RW 01/01 Desa Manis Kidul, Kuningan, Jawa Barat, Ahad (05/02/2017) malam lalu berasal dari alat pengusir tawon.
Pihak kepolisian menyatakan, ledakan yang terjadi di depan rumah seorang warga bernama Sutri (54 tahun) itu bukanlah bom.
Alat ini sengaja dibuat oleh seorang petani tetangga Sutri untuk mengusir tawon yang bersarang di dekat kediaman Sutri.
“Tidak ada kaitannya dengan aksi teror ya. Yang meledak itu ternyata alat pengusir tawon yang terbuat dari racun tikus yang ditempatkan di pipa besi,” kata Kapolres Kuningan, AKBP Muhammad Syahduddi, kepada wartawan, lansir Islamic News Agency (INA), Senin (06/02/2017).
Syahduddi menambahkan, petani yang membuat alat pengusir tawon ini tak menyangka akan terjadi ledakan seperti ini.
“Pelaku bernama Urip, usia 51 tahun. Dia sudah 3 kali pakai alat tersebut. Selama ini selalu berhasil, tapi kali ini terjadi ledakan,” terang Syahduddi.
Syahduddi menegaskan, Urip mengusir tawon atas inisiatif sendiri. “Ilmu bikin bomnya bukan dari internet. Dia petani yang tidak mengerti internet. Ini bukan terorisme,” tegasnya.
Dua Kejanggalan Dalam Peristiwa Bom Sarinah Menurut Pengamat Militer
Sempat Menggegerkan Warga
Dilansir INA, warga RT/RW 01/01 Desa Manis Kidul, Kuningan, sempat digegerkan dengan suara ledakan keras pada pukul 20.00 WIB, Ahad (05/02/2017).
Mendengar suara kencang yang menggetarkan kaca jendela dan tembok rumahnya, Sutri pergi keluar ke depan rumahnya. Janda beranak dua ini melihat asap mengepul dan warga sekitar mulai berdatangan.
Saat kejadian itu, Sutri mengaku sedang istirahat. “Ledakannya sangat kencang sekali,” kata Sutri ditemui INA di Kantor Polsek Jalaksana, Senin (06/02/2017).
Warga sekitar sempat menduga ledakan itu adalah bom. Aparat setempat pun melapor kepada pihak kepolisian.
Tak berselang lama, petugas kepolisian dari Polsek Jalaksana meluncur ke tempat kejadian, kemudian disusul dengan Tim Gegana dari Polda Jabar. Kepolisian memastikan tak ada korban jiwa pada peristiwa ini.
‘Teroris Lone Wolf’ Mencairkan Kebekuan Teori Terorisme di Indonesia
Pemeriksaan Polisi
Sutri, yang suaminya telah lama meninggal, tinggal di rumah seorang diri. Kedua anak beserta menantunya masing-masing menetap di Karawang (Irna-Tono) dan Jakarta (Nani-Deni).
Keempatnya pun datang ke Kuningan setelah dipanggil kepolisian untuk kepentingan penyelidikan.
Sutri sekeluarga ditanya oleh polisi sejak pukul 10.00-15.00 WIB. Adapun Tono, digali keterangannya dari pukul 11.00-17.30 WIB.
Seusai pemeriksaan, kepada INA Tono mengaku dicecar pertanyaan yang sangat banyak. “Mungkin sampai ratusan pertanyaan ya,” kata Tono.
Tono mengaku diperiksa sangat lama karena profesinya sebagai karyawan pabrik pupuk.
“Ditanya-tanya, bagaimana cara pembuatan pupuk dan kaitannya dengan pembuatan bom. Ada juga pertanyaan tentang kelompok-kelompok tertentu yang dianggap menebarkan teror,” ujar pria berjenggot dan bercelana di atas mata kaki ini.
“Mungkin disangka ada kaitannya dengan jaringan teror ya,” lanjut ayah dua anak ini sambil terkekeh.
Saat kejadian itu, Tono mengaku memang sedang berada di Karawang bersama anak dan istrinya. Ia sama sekali tidak tahu menahu perihal ledakan itu.
“Saya ini kerja di sana, tiba-tiba disuruh balik ke Kuningan. Selesai kerja saya buru-buru ke sini,” terang Tono.* Budi Marta/INA