Hidayatullah.com– Peneliti sosial dan budaya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Dwi Purwoka, mengungkap, asal usul Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah dari Mosi Integral Natsir.
NKRI ini, kata dia, harus dijaga dan sangat penting untuk kemajuan bangsa Indonesia. Pembangunan dapat berjalan manakala rakyat Indonesia bersatu.
“Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Kalau berat sama dipikul, ringan sama dijinjing,” ujarnya kepada hidayatullah.com usai acara seminar Mosi Integral Natsir baru-baru ini di aula Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta.
Baca: Fadli Zon: Tanpa Mosi Integral Natsir, Tak Akan Ada NKRI
Menurutnya, pandangan-pandangan “ke depan Indonesia akan bubar” adalah semacam masukan yang sangat berarti kepada elit politik sekarang ini, untuk bekerja lebih baik lagi. Dalam mengatasi berbagai macam persoalan bangsa, terutama kesenjangan sosial.
Soal pribadi Mohammad Natsir, Dwi menilai sikap dan tindakannya didasarkan pada nilai-nilai agama Islam.
“Natsir bukan seorang ekstremis atau pemberontak,” tegasnya. Melainkan seorang yang sangat toleran.
Contohnya, tutur Dwi, Natsir dan tokoh Katolik IJ Kasimo semasa hidupnya berkawan. “Artinya tidak ada persoalan dalam kebinekaan,” kata dia.
Baca: Mosi Integral Natsir Bisa Dijadikan Penyemangat Indonesia Tak Bubar
Natsir, kata Dwi, juga menunjukkan kenegarawanannya dalam menghadapi kalangan yang berbeda ideologi dengannya. Perbedaan ideologi tidak sampai merusak nilai kemanusiaan.
Contohnya Natsir sebagai tokoh Masyumi dan Aidit sebagai tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) pernah berdebat sengit tentang dasar negara di parlemen. Namun di luar parlemen, mereka santai ngopi bareng.
Perjuangan Natsir, menurutnya, betul-betul dari hati nurani. Kritikan Natsir untuk pemerintah adalah demi meluruskan jalannya negeri ini.* Andi
Baca: Pimpinan MPR: Mosi Integral Natsir Harusnya Diperingati DPR