Hidayatullah.com– Masih ingat Miftahul Jannah, pejudo tunanetra yang bersikukuh mempertahankan jilbabnya walaupun harus kehilangan kesempatan bertanding dan peluang mendapatkan emas pada Asian Para Games 2018 lalu di Jakarta?
Atas keteguhannya tersebut, gadis asal Aceh ini mendapatkan hadiah umrah dan dianugerahi Milenial 212 Award.
Penyerahan penghargaan diberikan pada malam Anugerah 212 Award di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jl HR Rasuna Said Kav C 22, Jakarta, Jumat (04/01/2019).
“Selain award (212) ini, ibu Neno Warisman dan Miftahul Jannah juga mendapatkan sebuah hadiah yaitu menjalankan umrah,” ujar host Dedi Gumelar alias Mi’ing disambut ucapan Alhamdulillah dan pekikan takbir dari para undangan yang memadati gedung.
Baca: Atlet Judo Indonesia Rela Didiskualifikasi Demi Pertahankan Jilbab
“Selamat yah Miftahul Jannah bisa umrah dan bisa memberikan contoh menjadi inspirasi bagi kaum remaja perempuan lainnya di Indonesia,” lanjutnya.
Pantauan hidayatullah.com, suasana penyerahan award kepada Miftahul Jannah berlangsung penuh rasa haru sekaligus menggelorakan semangat, para hadirin berkali-kali mengekspresikan kegembiraan dan apresiasinya terhadap Miftahul Jannah.
Neno yang mendampingi Mi’ing membawakan acara tersebut berkali-kali mengecup Miftahul Jannah sebagai bentuk kasih sayangnya.
Neno pun bertanya kepada Miftahul Jannah apakah selama ini sudah pernah umrah? “Belum,” jawab sang pejudo yang tampil berjilbab hitam dibalut jaket merah bersama seorang pria yang selama acara.
“Mudah-mudahan nanti ada lagi yang mau memberikan hadiah umrah untuk ayahnya, ibunya, insya Allah,” ujar Neno, seraya memuji Miftahul Jannah sebagai gadis paling cantik.
Baca: Atlet Judo Bangga Pertahankan Jilbab: “Prinsip Saya Terbaik di Mata Allah”
Neno di panggung itu mengungkapkan rasa cintanya kepada Miftahul Jannah atas keteguhannya mempertahankan jilbab meskipun harus rela meninggalkan arena pertandingan judo internasional.
Neno menanyakan apa alasan Mifatahul Jannah saat itu mempertahankan jilbabnya?
“Karena ingat saya berasal dari Aceh,” jawabnya. Juga karena ia tahu bahwa kesempatan berlaga bukan hanya pada saat Asian Para Games 2018 tersebut. Jawaban lainnya, ia tidak ingin dengan melepas jilbab demi bertanding itu malah membuatnya “menjual dirinya sendiri”.
Baca: Juara II Lomba Hafal Qur’an Sedunia, Rifdah Farnidah Difasilitasi Haji, Anies Terharu
Neno pun memuji Miftahul Jannah lagi, dengan mengatakan, “Engkau tidak bisa melihat tetapi hatimu terang benderang,” seraya menyerahkan piala 212 Award kepada atlet tersebut.
Selain Miftahul Jannah, Milenial 212 Award juga diberikan kepada dua pemuda-pemudi lainnya. Yaitu Rifdah Farnidah (peraih juara 2 MTQ internasional di Yordania) dan Malik Badeges (pemuda Indonesia yang menjadi asisten Dr Zakir Naik).
212 Award diberikan oleh panitia yang menyelenggarakan Reuni Akbar 212 di Monas, Jakarta pada 2 Desember 2018 lalu. Selain kepada individu, penghargaan juga diberikan kepada sejumlah meida massa yang juga dinilai secara konsisten menggaungkan jiwa patriotik 212 yang kolosal, tertib, damai, dan santun.
Sebelumnya diberitakan hidayatullah.com, atlet judo putri Indonesia, Miftahul Jannah, rela didiskualifikasi dari pertandingan judo tunanetra Asian Para Games 2018 yang berlangsung di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, Senin (08/10/2018), demi mempertahankan jilbabnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Miftahul enggan mengikuti aturan pertandingan yaitu melepas jilbab.
“Dia mendapatkan diskualifikasi dari wasit karena ada aturan wasit dan aturan pertandingan tingkat internasional di Federasi Olahraga Buta Internasional (IBSA) bahwa pemain tidak boleh menggunakan jilbab dan harus lepas jilbab saat bertanding,” kata penanggung jawab pertandingan judo Asian Para Games 2018, Ahmad Bahar, di Jakarta, Senin (08/10/2018).
Baca: PKS Hadiahi Umrah Judoka Miftahul Jannah yang Teguh Berjilbab
Bahar mengatakan, Miftahul enggan melepas jilbab ketika bertanding karena tidak mau auratnya terlihat lawan jenis.
“Kami sudah mengarahkan atlet, tapi dia tidak mau. Bahkan, dari Komite Paralimpiade Nasional (NPC), tim Komandan Kontingen Indonesia sudah berusaha dan mendatangkan orangtua dari Aceh untuk memberi tahu demi membela negara,” katanya tentang dukungan kepada atlet tunanetra itu.
Atlet berusia 21 tahun itu, menurut Bahar, telah menginjak matras pertandingan dan enggan melepas jilbab pada pertandingan kelas 52 kilogram.*