Hidayatullah.com– Pimpinan AQL Islamic Center Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) menyerukan persatuan bangsa Indonesia. Ia mengatakan, perbedaan agama dan suku seharusnya tidak menjadi masalah lagi dalam perjalanan bangsa saat ini.
Meski berbeda agama, ia meyakini bangsa Indonesia akan bersatu dalam satu narasi kebangsaan, yakni Pancasila.
Jauh hari sebelum pelaksanaan Pemilu 2019, bangsa Indonesia dihadapkan dengan wacana perpecahan dalam memaknai Pancasila. Ironisnya, Pancasila dijadikan alat untuk menyerang lawan politik bahkan mengkonfrontasikan dua kelompok yang seolah berbeda.
UBN mengaku bangga menjadi warga negara Indonesia karena dua hal. Pertama, ia menyatakan Indonesia memiliki para pendiri bangsa yang tegas terhadap penjajahan di muka bumi harus dihapuskan karena tidak sesuai perikemanusiaan dan peri keadilan.
“Dari sisi ini saya bangga sekali bahwa kita merupakan bangsa yang antipenjajahan. Baik dijajah maupun menjajah,” ungkap UBN di Jakarta, Jumat (05/04/2019).
Baca: UBN Seru Masyarakat Putihkan Jakarta Hadiri Kampanye Prabowo
Alasan kedua, jelas UBN, Pancasila jika dilihat dari Al-Qur’an Surat Ayat 55, Indonesia berpotensi mendapatkan tiga hal. Muslim Indonesia berpeluang menjadi pemimpin, menjadi bangsa besar, dan Allah menjanjikan rasa aman dari ketakutan.
“Selama kita menjalani dua hal yaitu beriman dan amal shaleh, di sinilah Pancasila diaplikasikan,” katanya.
Pertama, keimanan dalam konteks Indonesia adalah keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa yakni Allah Subhanahu wa ta’ala. Tak lupa, UBN juga mengucapkan terima kasih kepada para pendiri bangsa yang telah menempatkan sila ketuhanan di urutan pertama.
“Tetapi, kita juga harus menyempurnakannya dalam bentuk amal shaleh. Saya melihat, amal shaleh yang ditetapkan dari sila kedua sampai kelima adalah amal shaleh kebangsaan yang luar biasa,” ujar UBN.
Setelah menyempurnakan ketauhidan, maka amal shaleh yang kedua adalah menjadi manusia Indonesia yang adil dan beradab. Termasuk, menyebarkan dakwah ke seluruh penjuru Indonesia agar masyarakat berupaya keras menjadi masyarakat yang adil dan beradab.
“Mulai dari rakyat hingga pemimpin. Dari yang paling kecil hingga paling tua,” ucapnya.
Baca: Jelang 7 April, Seruan #PutihkanJakarta di GBK Membahana
Amal shaleh ketiga, sebagai bangsa Indonesia yang majemuk, maka harus dapat mengokohkan kembali persatuan Indonesia tanpa kecuali. Kendati berbeda agama, ia meyakini bangsa Indonesia akan bersatu dalam satu narasi kebangsaan, yakni Pancasila.
Amal shaleh keempat ialah berjuang untuk menegakan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dan permusyawaratan dalam perwakilan. Jikapun terjadi perbedaan gagasan dan pandangan, maka masyarakat Indonesia dapat kembali merujuk pada sila keempat pancasila.
“Di sinilah narasi politik yang kita bangun. Jangan sampai terpecah belah dan keluar dari sila keempat. Ketika terjadi penyimpangan, kita harus jujur kembali ke khittah kebangsaan,” ungkapnya sebagaimana siaran pers diterima hidayatullah.com.
Amal shaleh kelima yaitu membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Inilah janji Allah, menurut UBN, yang akan diberikan kepada masyarakat Indonesia dan akan membawa peradaban besar ke seluruh dunia.
“Kita dianugerahi pemimpin bangsa yang diilhamkan Pancasila oleh Allah sebagai dasar falsafah negara. Tugas kita adalah merawatnya dengan beriman dan tidak menyekutukan Allah dengan apapun. Semoga Allah jayakan Indonesia dan menjadi bangsa yang besar,” pungkasnya.*