Hidayatullah.com– Waketum Front Mahasiswa Islam (FMI) yang juga menantu Habib Rizieq Shihab (HRS), Habib Muhammad Hanif Alathas Lc, menjawab tuduhan di berbagai media sosial seputar shaf shalat berjamaah peserta kampanye akbar capres-cawapres 02 di Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad (07/04/2019).
“Sebetulnya saya malas menanggapi masalah ini, namun saya perhatikan isu ini semakin liar jika tidak diluruskan, sehingga membuat banyak orang bingung,” ujarnya dalam rilisnya diterima hidayatullah.com, Senin (08/04/2019).
Hanif mengungkapkan, baru kali ini Republik Indonesia mencatat rakyat hadir di kampanye sampai rela menginap dari malam tanpa dibayar bahkan mengeluarkan ongkos sendiri-sendiri.
Puncaknya sekitar jam 7 pagi, diperkirakan jumlah massa pendukung capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang hadir sudah lebih dari 1 juta orang, sebab bukan hanya memutihkan GBK, tapi Senayan dan sekitarnya.
“Dan yang lebih hebatnya lagi, sejak dimulai sampai ditutup, acara ini dipenuhi dengan nilai-nilai positif dan religius yang betul-betul membuat semua yang hadir dan menyaksikan merasakan sejuk dan tenang, mulai dari tahajud, subuh berjamaah, istighotsah, dan lantunan pembacaan maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,” paparnya.
Tentunya, menurut Hanif, fenomena luar biasa ini membuat sebagian pihak gerah dan mendorong mereka untuk mencari-cari celah. Salah satunya masalah bercampurnya shaf shalat di sebagian titik yang ramai diperbincangkan.
Perlu dicatat, jelas Hanif, panitia kampanye akbar tersebut pada dasarnya sudah mengatur shaf laki-laki dan perempuan sesuai dengan posisi yang diajarkan syariat.
“Tentunya laki-laki di depan dan perempuan di belakang serta tidak bercampur,” imbuhnya.
Namun di luar itu, jumlah jamaah yang membeludak membuat percampuran di beberapa titik tidak terhindarkan. “Artinya, shaf yang bercampur betul-betul di luar kendali panitia lantaran jumlah jamaah yang sudah tak terbendung,” jelasnya.
Meski demikian, alumnus jurusan Ushul Fiqh dan Ushuluddin Universitas Al-Ahgaff, Yaman, ini menerangkan, bercampurnya shaf ini tidak menjadikan shalat mereka batal/tidak sah.
“Shalatnya tetap sah, hanya saja dalam Mazhab Syafi’i hal itu dihukumi makruh (tidak dosa, namun kalau shafnya sesuai posisi yang diajarkan akan mendapatkan pahala). Hal ini bisa dilihat dalam berbagai referensi otoritatif Mazhab Syafi’i, seperti Hasyiah Qolyubi 1/239, Hasyiah at-Turmusi 3/62 dan Hasyiah I’aanah at-Tholibiin 2/25,” jelasnya.
Baca: Sejuta Massa Hadiri Kampanye Akbar Prabowo-Sandi di GBK
Hanif mengatakan, jauh lebih penting dari hal tersebut, ada pelajaran besar yang bisa dipetik dari kampanye akbar Prabowo-Sandi di GBK kemarin.
Kampanye yang dulunya kerap identik dengan konser musik, penyanyi yang pamer aurat, jogat-joget, hura hura, dan sebagainya, kini, kata dia, telah berubah haluan dengan diadakannya tahajud, shalat jamaah, dzikir, istighotsah, dan pembacaan maulid dan shalawat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk mengetuk pintu rahmat demi keselamatan bangsa.
“Jika ada kekurangan seperti masalah shaf dan lain-lain, itu karena tak lebih dari masalah teknis di lapangan yang cukup sulit sebab jamaah yang membeludak. Anehnya, kenapa karena perkara yang makruh meraka begitu ribut? Sedangkan saat ada yang goyang ngebor sampai jungkir balik di kampanye lainnya mereka happy-happy aja?” ungkapnya mempertanyakan.
“Cinta dan benci memang bisa membuat orang jadi buta. Kasihan mereka yang selalu mencari-cari kesalahan, hanya melihat setitik keburukan di antara segudang kebaikan. Ibarat lalat, hanya akan hinggap di kotoran, meskipun ada bentangan taman bunga di sekitarnya,” pungkasnya.*