Hidayatullah.com– Tak mudah bagi para relawan untuk menembus titik-titik banjir di Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra). Banyak relawan dari luar Sultra yang harus menempuh perjalanan jauh berhari-hari demi bisa membantu warga korban banjir bandang di Konut.
Termasuk yang dialami relawan tahap 2 dari Tim SAR Hidayatullah, BMH, dan Pos Dai. Tim berangkat dari Kota Palu, Sulteng, ke Kendari, Sultra, selama dua hari dua malam.
Hingga semalam, Rabu (12/06/2019) sekitar pukul 21.44 WITA, dari sudah dalam perjalanan dari Kendari menuju Konut. Lamanya perjalanan tersebut disebabkan banyaknya banjir yang menghadang kendaraan relawan, sehingga harus memutar arah.
“Terjebak banjir dan putar arah untuk bisa menembus TKP,” ujar Kadiv Operasi SAR Hidayatullah Ahmad Hamim kepada hidayatullah.com.
Baca: SAR Hidayatullah ke Bergerak ke Konawe, BMH Salurkan Bantuan
Tim kemudian mendapatkan informasi bahwa untuk bisa masuk ke Konut, hanya ada satu jalur menyeberangi sebuah sungai yang jembatannya kebanjiran dan tak bisa dilalui mobil. Lalu bagaimana caranya?
“Menggunakan rakit,” ujar Hamim, relawan yang datang dari Solo, Jawa Tengah ini.
Informasi itu betul. Setibanya di Kampung Andadoi, Desa Pohara, Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe, rombongan relawan yang menggunakan roda dua ini bertemu antrean kendaraan yang mengular panjang. Dalam kegelapan, terlihat jelas antrean itu.
Rupanya, kendaraan sedang antrean untuk menyeberangi sungai. Panjangnya antrean disebabkan penyeberangan dilakukan dengan rakit. Jadi setiap mobil diangkut dengan sebuah rakit kayu dilapisi gabus. Harus pakai rakit karena Jembatan Andadoi sebagai satu-satunya akses darat terendam banjir hingga tidak bisa dilewati mobil.
“Sampai jam 23.07 WITA malam tim kita masih menunggu antrean puaaanjang untuk dapat giliran menyeberang dengan rakit,” ujar Ali M korlap tim tahap dua tersebut kepada hidayatullah.com.
Baca: Puluhan Ribu Warga Korban Banjir di Sultra, Sulsel, Sulteng
Sepeda motor naik rakit, sudah biasa. Kalau mobil naik rakit, langka, dan terasa mencemaskan. Itulah yang dirasakan para relawan. Cemas kalau-kalau mobil mereka terperosok ke sungai. Kejadian itu sudah terjadi di lokasi penyeberangan tersebut sebelumnya.
“Ada mobil yang roda sebelah terperosok. Suasana gelap mencekam,” tutur salah seorang anggota relawan lainnnya. Namun berbekal doa kepada Allah dan tekad kuat, para relawan tersebut tetap bersikukuh untuk menyeberang.
Rakit tersebut terbuat dari balok kayu yang dirangkai seperti ranjang dengan lebar pas seukuran mobil, sekitar 2×3 meter persegi. Di bawahnya dilapisi dengan gabus yang berfungsi sebagai pelampung.
“Naik rakit serasa ikut acara uji nyali,” ungkap Ali M.
Luas sungai yang dilewati rakit sekitar 60 meter. Mulai dari naik hingga turun kendaraan turun dari rakit, dibutuhkan waktu sekitar 20 menit.
Hingga akhirnya, Kamis (13/06/2019) dinihari sekitar pukul 01.30 WITA mobil relawan tadi berhasil menyeberangi sungai dengan rakit.
“Alhamdulillah tepat jam 01.30 dinihari tim kita menyelesaikan etape rintangan awal menyeberang sungai banjir,” ujar Ali M, di tengah hujan rintik dan gelapnya malam.
Baca: SAR Hidayatullah ke Bergerak ke Konawe, BMH Salurkan Bantuan
Selain menguji nyali, penyeberangan tadi juga “menguji kocek” alias berbayar. “Usaha rakit merakit dengan jasa penyeberangan ini luar biasa sekali jalan menyeberangkan 1 mobil kita harus merogoh kocek Rp 300.000,” tutur Ali M.
Singkat cerita, sekitar pukul 06.20 WITA, tim berhasil masuk perbatasan Konawe – Konawe Utara. Hingga pagi ini, relawan SAR-BMH-Pos Dai Hidayatullah masih melanjutkan perjalanan. Posko mereka terletak di sebuah ruko di Desa Mataiwai, Kec Andowia, Konut.*