Hidayatullah.com–Siapa pun yang jadi pemimpin bangsa Indonesia harus berdekatan dan berbaik hati dengan umat Islam. Sebab situasi saat ini, menghendaki umat Islam mengambil-alih kepemimpinan bangsa.
“Umat Islam itu cinta damai, mencintai persatuan. Lokomotif perjuangan umat Islam ke depan ada di Indonesia. Allah tidak akan membiarkan nur Islam meski orang kafir ingin meredupkan Islam. Islam cinta damai dan bersatu utk kecintaan pada Islam dan umat Islam,” demikian disampaikan Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI), KH. Bachtiar Nasir dalam acara Halal bi Halal dan Silahturahim Nasional dengan tema “Mempererat Ukhuwah, Merekatkan Bangsa, Menegakkan Kedaulatan Pancasila” yang digelar pada hari Ahad pagi, 23 Juli 2017 di Pondok Pesantren Modern Al Islah Bondowoso.
Sementara itu, menutup kesimpulan Silaturahmi Nasional ini disampaikan oleh Pimpinan PP Al Islah, Muhammad Ma’shum. Menurut Kiai Muhammad Ma’shum, Indonesia saat ini sedang sakit dan perlu diobati.
Semua potensi alam harus dikembalikan rakyat untuk kemakmuran rakyat dan bangsa. Oleh karena untuk mengembalikan semua itu harus memilih pemimpin yang amanah dan mau mengembalikan potensi Indonesia demi kemakmuran bangsa Indonesia.
“Kondisi negeri ini sarat dengan masalah bagaikan bis yang banyak penumpang tapi dengan ban tipis, mesin rusak dan sopirnya ugal- ugalan,” ujarnya.
Karena itu, ia mendesak gerakan islah nasional. Diantara gerakan islah adalah, pertama, tidak saling caci-maki antar umat Islam dan bersatu dan menyatukan. Kedua, wujudkan pemimpin yang amanah. Ketiga, kualitas diri yang adil, intelektual, dan jujur dan dapat dipercaya kepada rakyat.
Baca: 10 Ribu Umat Islam Padati Acara GNPF-MUI di PP Al Islah Bondowoso
Berikutnya kualitas ekonomi harus diperbaiki dan perbaikan kualitas sosialnya karena masyarakat saling curiga.
Menurutnya, tujuan gerakan islah nasional ini adalah memperkokoh kekuatan umat Islam untuk kemajuan bangsa Indonesia. Hal ini akan rekomendasikan ke pemerintah untuk perubahan menuju ke perbaikan bangsa.*