Hidayatullah.com–Kementrian Luar Negeri Amerika pada hari Selasa (08/09/2015) mengumumkan Amerika telah memasukkan tiga nama pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Hamas ke dalam “daftar hitam teroris internasional”, ditambah seorang mantan tawanan asal Libanon yang telah bebas dari penjara Zionis.
Gerakan Hamas menilai keputusan Amerika ini sebagai keputusan tidak bermoral dan bertentangan dengan hukum internasional.
Menurut keterangan Kementrian Luar Negeri Amerika yang dirilis media massa, ketiga pemimpin Hamas yang masuk dalam daftar teroris adalah Komandan Umum Brigade al Qassam Muhammad Dhaif, petinggi penting al Qassam Yahya Sinwar dan anggota Biro Politik Hamas Ruhi Musytaha, ditambah seorang eks tawanan asal Libanon yang telah bebas dari penjara Zionis Samir Qinthar.
Dikutip PIC, selama seperempat abad, nama Muhammad Dhaif adalah yang paling sulit bagi penjajah Zionis dan menjadi saksi sejarah pengembangan perlawanan dan gempuran telak kepada penjajah Zionis.
Karena itu penjajah Zionis berusaha untuk membunuhnya beberapa kali. Terakhir adalah pada saat agresi Zionis terakhir ke Jalur Gaza pada musim panas tahun 2014 lalu.
Sedang Ruhi Musytaha dan Yahya Sinwar, keduanya adalah eks tawanan yang telah bebas dari penjajah Zionis melalui pertukaran tawanan antara gerakan Hamas dan Zionis dengan imbalan pembebasan serdadu Zionis yang disandera perlawanan di Gaza, Gilad Shalit pada Oktober 2011 lalu.
Adapun Samir Qinthar adalah eks tawanan asal Libanon. Termasuk tawanan paling lama mendekam di penjara Zionis. Dia dibebaskan melalui pertukaran antara Hizbullah Libanon dan Zionis pada 18 Juli 2008 bersama 4 tawanan asal Libanon lainnya yang ditangkap dalam perang Libanon tahun 2006.
Amerika Munafik
Sementara itu, Gerakan Perlawanan Islam Hamas merasa heran dengan keputusan Amerika yang memasukkan 3 nama petinggi gerakan ke dalam daftar teroris.
Hamas menilai keputusan itu sejenis kemunafikan dan keberpihakan kepada terorisme penjajah Zionis yang terus berkelanjutan.
Petinggi Hamas Shaleh Bardawil mengatakan, sikap Amerika yang memihak kepada entitas penjajah Zionis bukanlah hal baru, tujuannya adalah untuk mengabaikan kejahatannya dan melindunginya.
Dia menambahkan, yang mengulurkan tangan kepada penjajah dan teroris Zionis dengan berbagai jenis senjata pembunuh dan jahat yang membunuh ribuan anak-anak dan wanita, menghancurkan ribuan rumah di Jalur Gaza, tidak lain kecuali dalam satu barisan teroris Zionis yang terus melakukan aksi terornya.
Menurut Bardawil sikap Amerika ini adalah jenis kemunafikan dan standar ganda, serta keberpihakan yang jelas dan terang-terangan kepada teroris (Zionis).
“Sebelum Amerika berfikir memasukkan orang Palestina sebagai teroris, harusnya melihat ke wajahnya yang buruk pada cermin, karena Amerika lah yang memproduk teroris, pembunuhan dan penghancuran di berbagai tempat di dunia,” ujar Bardawil dikutip PIC.*