Hidayatullah.com — Seorang mahasiswa jurusan arsitektur di University of Jordan dikeluarkan dari kompetisi internasional yang dijalankan oleh American John Hopkins University setelah ia menolak Israel sebagai rekan satu tim yang mewakili Asia Barat. Mengutip Quds News Network, Lina Al-Hourani mengatakan melalui akun Facebook-nya bahwa proyek tersebut tentang usulan solusi ekonomi, lingkungan, dan perkotaan di dunia setelah Covid-19 berakhir.
“Saya baru mengetahui semua ini dalam pertemuan resmi pertama antara perwakilan kota dan mahasiswa, ketika mereka menunjukkan kepada kami promosi resmi proyek tersebut,” kata Lina Al-Hourani. “Saya menentang partisipasi Yordania dengan Israel untuk mewakili Asia Barat,” tambahnya.
Lina dan siswa lainnya menegaskan kembali pendirian mereka untuk tidak berada dalam tim yang sama sebagai ‘negara’ kolonial. “Saya menolak usulan itu karena seolah memberikan pengakuan terhadap keberadaan negara ilegal yang menindas orang lain,” katanya.
Lina Al-Hourani, awalnya bertekad mengharumkan nama baik tanah airnya, hingga ia dan timnya, perwakilan dari Yordania, mencapai tahap akhir Kompetisi Internasional Bloomberg, sebelum akhirnya mundur. Perempuan berusia 21 tahun tidak ngiler untuk mendapatkan hadiah jutaan dolar, dan percaya bahwa prinsipnya tidak dapat ditawar-tawar.
Jika dia tetap melanjutkan kompetisi, mungkin dia akan memperoleh juatan dolar. Namun masalahnya berkaitan dengan Palestina, maka tidak ada kata tawar lagi baginya.
“Masalahnya terkait dengan Palestina, dan tidak boleh bersikap diam atau setengah-solusi,” katanya dikutip Palestine Information Centre (PIC).
Gadis asli desa Al Masmiya Al Saghira, Ramle, barat laut Yerusalem itu, ia belum pernah melihat Palestina tetapi dia melukis tempat suci itu dengan kuasnya gambar-gambar yang paling indah. “Prinsip saya tidak memungkinkan saya untuk bersaing dengan mereka yang mendistorsi citra negara saya dalam kontes kecantikan internasional,” tegasnya.
Dia bertanya, apakah orang yang membunuh, merampok, dan menduduki menguasai keindahan dalam menggambar? “Saya tidak akan melegitimasi keberadaan penjajah Israel, dan saya tidak akan memberinya kesempatan untuk melanjutkan penjajahannya atas Palestina,” sambungnya.
Al-Hourani menegaskan bahwa nilai hadiah yang berjumlah satu juta dolar AS, tidak bisa membeli prinsipnya. “Saya dibesarkan dengan prinsip, yang dasarnya adalah Palestina, jadi posisi saya dalam masalah ini tidak dikompromikan, sementara hal-hal lainnya tidak menarik minat saya,” ujar Al-Hourani.
Al-Hourani, yang menerima ribuan pujian di media sosial itu, tetap membuka pintu mengenai reaksi resmi yang diharapkan. “Saya tidak mengalami tekanan apapun atau tidak ditekan untuk mundur. Saya juga tidak merasa terhormat atau gila ucapan terima kasih. Tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi saya berharap masalah ini akan berkembang. Kurva positif memperkuat posisi saya,” katanya.
Al-Hourani akhirnya menolak gagasan untuk melanjutkan kompetisi seperti yang disarankan oleh beberapa orang. Namun dirinya menegaskan, bahwa ini soal prinsip yang tak dapat dikompromikan.
“Masalahnya jauh melampaui simbolisme langkah. Penolakan normalisasi ilmiah adalah bagian dari penolakan normalisasi secara umum. Dan kompetisi saya dengan mereka yang menyerang Palestina itu berarti saya mengakui keberadaan mereka. Maka saya tolak ini,” tandasnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa hambatan terbesar untuk memperluas lingkaran pemukiman dan normalisasi dengan Israel adalah opini publik di kawasan Arab. “Karenanya langkah saya adalah upaya untuk memperkuat bendungan ini dalam menghadapi normalisasi,” lanjutnya.
Dia percaya bahwa langkahnya mewakili pesan terima kasih dan perjuangan bagi mereka yang mengorbankan hidup mereka demi Palestina, dan juga merupakan pesan kepada para tahanan yang terluka bahwa pejuang Palestina sedang dalam perjalanan, dan mengucapkan selamat tinggal entitas kanker (Israel) ini.
Al-Hourani menambahkan dirinya menghormati sudut pandang mereka yang bertahan dalam kompetisi. Mereka memiliki pendapat yang berharga dan posisi yang terhormat.
Mereka melihat kelangsungan hidup mereka dalam kompetisi dan berkompetisi dengan ‘Israel’ sebagai perlawanan. Ini perspektif yang berbeda.
Untuk diketahui, Departemen Arsitektur Universitas Yordania telah memberikan kesempatan mahasiswanya untuk berpartisipasi dalam kompetisi internasional yang diselenggarakan oleh Universitas Amerika (John Hopkins), untuk menemukan solusi bagi kota-kota di dunia ini pulih dari dampak epidemi corona ” di bidang ekonomi, lingkungan dan perkotaan.
631 kota, mewakili 99 negara, memenuhi syarat untuk mengikuti kompetisi ini, dan 50 kota dinominasikan untuk tahap akhir. Amman mewakilinya di Timur Tengah, bersama dengan Tel Aviv, karena mereka memenuhi syarat untuk bersaing memperebutkan 15 kursi pertama untuk memenangkan hadiah satu juta dolar.
Bagaimanapun, pembatalan Lina mendapat apresiasi kelompok LSM pro-Palestina. “Kami mengirimkan salam kami kepada warga negara Yordania Lina Al-Hourani, seorang mahasiswa arsitektur di Universitas Yordania, karena mengundurkan diri dari proyek internasional yang diusulkan oleh “Universitas John Hopkins” di Amerika Serikat,” tulis Women For Palestine dalam akun Facebooknya.*