Hidayatullah.com—Rudal Palestina akan menghancurkan daerah yang diduduki oleh rezim Zionis hanya dalam beberapa menit jika terjadi konfrontasi militer baru antara pejuang Hamas dan penjajah ‘Israel’. Hal ini disampaikan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyah, dalam pidatonya di Lebanon, yang juga mengecam keras normalisasi hubungan beberapa negara Arab dengan pihak penjajah.
“Selama 74 tahun terakhir, Lebanon bersimpati kepada Palestina. Hari ini, kita melihat (pembebasan) Masjid Al-Aqsha karena kita berada di era kemenangan dan pembangunan yang arahnya ditentukan oleh negara kita dan perlawanan kita, ” katanya dikutip Parstoday.
“Sejak tujuh puluh empat tahun lalu, Lebanon bersimpati dengan Palestina. Hari ini, kita melihat [pembebasan segera] Masjid al-Aqsha, karena kita berada di era kemenangan dan perkembangan yang arahnya ditentukan oleh bangsa kita dan perlawanan kita,” katanya.
Dia kemudian merenungkan pengepungan ‘Israel’ di Jalur Gaza, dengan mengatakan, “Gaza berada di bawah blokade darat, udara, dan laut, tetapi menggunakan Pedang [Operasi] al-Quds melawan penjajah, dan menggunakan pedang itu, bersiap-siap untuk serangan strategis dengan ‘Israel’.”
Menandai perkembangan strategis dalam konfrontasi Palestina dengan rezim penjajah, Haniyah mengataka “’Israel’ menggunakan senjata mereka secara maksimal, tetapi menjadi sasaran serangan rudal oleh pejuang Brigade al-Qassam dan perlawanan yang berbasis di Gaza.”
“Jika ada perang dengan ‘Israel’ di masa depan, 150 rudal akan menghancurkan rezim Zionis dalam waktu kurang dari lima menit,” kata pejabat tinggi Hamas itu.
Haniyah juga menekankan bahwa Zionis dan pemukim ‘Israel’ tidak memiliki tempat di al-Quds dan al-Aqsha, dengan mengatakan bahwa milisi pejuang akan menghancurkan impian mereka. “Al-Quds dan Tepi Barat telah berada di bawah tekanan selama beberapa tahun terakhir untuk membuat orang-orang kami melepaskan perlawanan dan meninggalkan tanah mereka.”
“Operasi Pedang al-Quds akan terus berlanjut hingga pembebasan Palestina sepenuhnya,” tambahnya.
Perkembangan terakhir terjadi sehari setelah Haniyahh mengecam normalisasi hubungan antara beberapa negara Arab dan ‘Israel’ sebagai hal yang ‘sangat berbahaya’. Ia menekankan bahwa perlawanan sengit adalah satu-satunya pilihan strategis untuk pendudukan ‘Israel’.
Pernyataannya muncul setelah menteri perang Israel mengusulkan pembentukan front militer regional pimpinan AS melawan Iran, yang menampilkan Tel Aviv dan sekutu Arabnya. Berbicara pada hari Selasa, Benny Gantz merujuk pada kerja sama militer rezim Israel dengan beberapa negara Arab Teluk Persia serta Mesir dan Yordania, dengan mengatakan ada upaya untuk memperluas kerja sama ini.*