Hidayatullah.com—Presiden Otoritas Palestina (PA) yang juga pentolan Partai Fatah dan pemimpin gerakan perlawanan Islam, Hamas mengadakan pertemuan langka pada Selasa malam yang diselenggarakan oleh Presiden Aljazair Abdelmajid Tebboune. Mahmoud Abbas dan Ismail Haniyah bertemu di sela-sela perayaan 60 tahun kemerdekaan negara itu sebagai pertemuan yang disebut Abdelmajid sebagai pertemuan “bersejarah”.
Pertemuan antara “saudara Palestina” terjadi setelah bertahun-tahun dimana keduanya “tidak duduk di meja yang sama,” kata kepresidenan dalam sebuah pernyataan, tanpa merinci hasil pembicaraan.
Terakhir, kedua pemimpin itu bertemu secara resmi di Doha pada Oktober 2016. Partai sekuler Abbas, Fatah, yang mendominasi Otoritas Palestina (OP) di Tepi Barat yang diduduki penjajah Israel, telah berselisih dengan Hamas sejak pemilihan umum tahun 2007 ketika kelompok Islam itu menguasai Jalur Gaza. Fatah didukung Barat dan Israel, sementara Hamas didukung mayoritas rakyat Palestina.
Hadir di pihak delegasi OP termasuk Majed Faraj, Kepala Dinas Intelijen Otoritas Palestina.
Aljazair, yang menikmati hubungan baik dengan kedua belah pihak, telah mendorong untuk menjadi tuan rumah pembicaraan islah kedua kelompok berpengaruh. Pada bulan Desember, Presiden Abdelmadjid Tebboune meluncurkan inisiatif untuk mengakhiri keretakan antara partai-partai Palestina.
Sejak itu, delegasi Palestina dilaporkan telah terbang ke Aljazair secara teratur untuk mempersiapkan konferensi nasional menjelang KTT Liga Arab yang akan diselenggarakan oleh Aljazair pada bulan November. Tebboune telah mengundang Abbas dan Haniyah untuk menghadiri perayaan Aljazair yang menandai peringatan kemerdekaannya dari Prancis dengan harapan akan memberikan kesempatan untuk memulai diskusi antara kedua belah pihak.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kedua pemimpin itu termasuk di antara beberapa pejabat asing yang menyaksikan parade militer besar-besaran untuk menandai kemerdekaan Aljazair pada tahun 1962, setelah 132 tahun pendudukan Prancis. Tebboune dan Abbas juga menandatangani sebuah dokumen untuk menamai sebuah jalan “Aljazair” di kota Ramallah, Tepi Barat. *