Hidayatullah.com–Sebuah bangunan toko terletak di jalan utama yang menghubungkan Khan Younis dengan Rafah. Di halaman depannya menggenang air kotor dari pelimbahan dan terparkir sebuah gerobak yang biasa ditarik keledai. Di tempat kumuh seluas 45 meter persegi yang tidak layak dihuni manusia itu, tinggal 10 orang anggota keluarga Said Al-Bakry.
Jika kita melongok ke dalam, di sudut sebelah barat depan pintu masuk tampak seekor keledai. Di sampingnya, berjejer sederetan pakaian tua yang tergantung.
Alihkan pandangan ke sudut sebelah selatan, maka akan tampak sebuah kompor gas tua dan tumpukan pakaian kumal yang kurang layak pakai. Di sebelah utara, ada selembar tirai sangat sederhana yang berfungsi untuk memberikan sedikit privasi ketika berada di kamar mandi.
Tidak ada yang namanya dapur. Yang ada hanya peralatan dapur sederhana yang berserakan di lantai.
Sang kepala keluarga, Said Al-Bakry berkata, “Saya telah menyewa tempat ini selam dua bulan. Sebab saya tidak bisa lagi tinggal dengan keluarga besar, karena keluarga saya sendiri bertambah banyak. Setiap bulannya saya harus membayar 100 dollar kepada pemiliknya. Sementara pendapatan saya sehari hanya 4 dollar. Bulan lalu saya meminjam uang kepada bapak mertua untuk membayar sewa. Tapi bulan ini, saya tidak tahu bagaimana harus membayarnya dan meminjam dari siapa.”
Setiap malam, Bakry harus tidur berjejer dengan 10 anggota keluarganya. Mereka hanya memiliki dua potong selimut yang dipakai bersama. Di tengah musim dingin yang menggigit, sulit bagi mereka untuk merasakan kehangatan walau hanya sekejap.
Di dalam rumah itu, Anda tidak akan menemukan perabot seperti pada umumnya. Tidak ada furnitur yang tertata rapi. Tidak ada lemari pendingin, mesin cuci, tempat tidur atau sekedar perlengkapan dapur. Yang ada hanya lantai kosong tempat para anggota keluarga tidur.
Bagian atap rumah keadaannya tidak lebih baik dari lantai. Jika hujan turun, air menetes dari celah-celahnya.
Maha, gadis berusia 16 tahun putri sulung Al-Bakri, menderita sakit jantung yang memerlukan perhatian dan pengobatan khusus. Jangankan membeli obat untuk putrinya, menyisihkan uang sekedar untuk makan agar bisa tetap hidup saja susah.
“Anak-anak saya kekurangan segalanya. Jika mereka ingin buah, kami tidak sanggup membelikannya. Mereka tidak membawa uang saku jika pergi sekolah,” cerita istri Al-Bakry.
Tiga orang anaknya terpaksa putus sekolah, karena keluarga tidak punya uang untuk membiayai mereka.
“Saya bosan makan tomat dan terong setiap hari. Saya berharap bisa makan daging atau ikan. Tapi ayah saya tidak mampu membelikan kami daging. Kami makan apa saja yang diberikan tetangga,” kata Muhammad, bocah berusia 10 tahun putra bungsu Al-Bakry.
Sepertinya, satu-satunya yang merasa nyaman dalam keluarga itu adalah si keledai.
“Saya tidak bisa membiarkan keledai itu di luar,” ujar Al-Bakry.
Keledai itu mengeluarkan suara yang keras jika meringkik dan badannya bau. Para tetangga tidak ada yang tahan, karena itu mereka melarang Al-Bakry menempatkannya di luar rumah. Tidak ada pilihan lain, keluarga malang itu harus mengajak si keledai tidur di dalam rumah bersama mereka. [di/plt/hidayatullah.com]