Hidayatullah.com–Matanya terlihat begitu cekung, sepertinya kurang tidur. Nurjan, begitu panggilan ibu dari dua anak ini, mengaku sudah empat hari tinggal di rumah transit Kantor Imigrasi Jawa Timur.
Saat hidayatullah.com menemuinya, wanita etnis Rohingya ini hanya ditemani dua anaknya, Nurhakim (11 tahun) dan Nurjumah (6 tahun). Sedangkan suaminya masih berada dikantor polisi, untuk dimintai keterangan tentang kaburnya 33 imigran yang dua hari lalu masih bersama mereka. [baca: Satu Keluarga Tersisa dari 33 Imigran Etnis Rohingya yang Kabur]
Wanita berjilbab ini cukup lancar berbahasa Indonesia meskipun masih sedikit kaku dan terbata-bata dalam menjawab.
“Saya tak tahan di negeri kami sendiri, ayah, ibu, saudara kami dibantai, rumah-rumah kami pun dibakar, karenanya kami pergi ke sini,” ujarnya kepada hidayatullah.com, Selasa (09/04/2013).
Nurjan mengaku, sudah tiga tahun tinggal di Medan. Namun hidup dalam pengungsian tak membuatnya surut untuk mencari kehidupan yang damai dan tentram.
Ia pun bersama suami dan dua anaknya ikut rombongan yang akan membawanya menuju Australia. Sayang, niat itu kini kandas di kota Surabaya.
“Putri saya yang kecil, Nurjumah, sekarang sedang sakit panas, ia sesekali muntah,” ujarnya sambil sesekali mengusap keringat letihnya di dahi.
Ada rasa khawatir dan cemas melanda perasaannya. Maklum, di tempat ini, ia tak memiliki saudara, kerabat yang bisa dimintai tolong jika terjadi sesuatu pada anak kesayangannya. Sementara putranya, Nurhakim sesekali menuding arah penjual buah yang gerobaknya persis di depan rumah transit imigrasi.
Rupanya ia ingin mencicipi nanas, buah kesukaanya. Keinginan Nurhakim terlaksana ketika salah seorang wartawan membelikan untuknya.
Perbincangan terputus, ketika Nurjumah muntah. Nurjan pun bergeas menemui putrinya dan membersihakn muntah anaknya dan menemaninya istirahat.
Tak Lelah Mencari Suaka
Selasa ini sudah hari ke-empat keluarga ini berada rumah transit imigrasi Waru Sidoarjo. Data imigrasi mengatakan, ada 33 imigran asal Etnis Rohingya yang ditahan dan diproses oleh petugas imigrasi Jawa Timur semenjak Jumat (05/04/2013) lalu, dan hanya keluarga ini yang tak ikut kabur. Sedangkan lainnya sudah kabur pada hari Ahad dini hari (07/04/2013).
Kisah pilu ini menambah rentetan cerita sedih pengungsi etnis Muslim Rohingya di seluruh dunia.
Sampai saat masih ada ratusan ribu keluarga etnis Muslim Rohingya berusaha mencari suaka di negara orang, termasuk keluarga kecil Nurjan.
Entah sampai kapan jeritan keluarga ini didengar orang. Bahkan teriakan dan tangis mereka belum bisa menggetarkan kemusliman dan keimanan kita semua.*/Samsul Bahri