Hidayatullah.com | PENYEBARAN virus corona jenis baru (Covid-19) terus menggerus pilar-pilar kehidupan. Banyak masjid dan mushalla melakukan tutup pintu untuk shalat berjamaah serta kajian.
Tak pelak, pembelajaran di Taman Pendidikan al-Qur’an di masjid-masjid pun mulai tutup. Meski demikian, para ustadz-ustadzah pengajar di TPQ ternyata terus melakukan proses belajar.
Apa dan bagaimana kiat para pembelajar al-Qur’an di saat terpaan virus corona terus menggulung aktifitas kehidupan manusia?
Ustadz Maryadi Ahmad, Mudir TPQ Al Hidayah di kawasan Perum Puspa Garden, Candi, Sidoarjo, Jawa Timur, menuturkan, secara administrasi pembelajaran al-Qur’an untuk anak-anak maupun jamaah masjid memang libur.
Hal ini didasarkan pada surat edaran Forum Komunikasi Kepala TPQ se-kecamatan. Namun, kegiatan belajar tetap pihaknya laksanakan dari rumah ke rumah dengan melakukan pembelajaran online.
Pembelajaran al-Qur’an secara online ini pihaknya bagi perkelompok dan jam yang berbeda, dengan penanggung jawab para ustad-ustadzah. Untuk pembelajaran al-Qur’an yang semestinya digelar munaqoshah (ujian) pada 25 Maret lalu, kini wajib setor bacaan tartil dan tajwid.
“Mereka tetap kami latih agar selalu siap diuji saat munaqoshah,” jelas Maryardi kepada hidayatullah.com baru-baru ini.
Katanya, bisa jadi munaqoshah tersebut akan dilakukan secara massal via online. Pihaknya bertekad, bersama para pengajar, anak-anak harus setiap hari terkontrol belajar mengajinya bersama orangtuanya pula.
Mengenai jadwal belajar TPQ, disesuaikan dengan waktu yang ada dengan anak-anak di luar jam sekolah yang menggunakan sistem online juga.
Untuk anak-anak dan para jamaah yang sudah mempelajar al-Qur’an dengan tahapan tartil dan tajwid, disediakan waktu dari habis shalat subuh hingga pukul tujuh pagi.
Sedangkan anak-anak yang masih dalam tahapan pengenalan huruf dan baca al-Qur’an pemula, digelar setiap habis shalat ashar hinga menjelang shalat maghrib.
Senada itu dilakukan pula oleh Ustadz Halim. Guru mengaji khusus ibu-ibu yang tergabung dalam Majelis Taklim Muhajirin, Rewwin, Waru, Sidoarjo ini memilih model mengajar mengaji dengan video call secara langsung. Itu pun hanya setiap hari Kamis.
Mengapa hanya hari Kamis?
Karena, menurut Ustadz Halim, pihaknya tidak ingin banyak mengganggu para orangtua yang waktunya juga tersita ikut membimbing anak-anaknya belajar di rumah.
“Intinya, mengajari atau belajar mengaji al-Qur’an wajib kapan dan dimana saja. Ada pun berkesempatan untuk perbaikan bacaan cukup setor dan simak bersama ustadz melalui video call,” tegasnya.
Beda lagi dengan TPQ An Nur di Perum Sekargadung, Kota Pasuruan yang digawangi Ustadzah Luluk Mujihartatik.
Dengan jumlah santri 50 anak, di awal Covid-19 mulai masuk Indonesia, TPQ An Nur sudah membatasi kehadiran anak-anak ke rumah Qur’an An Nur setiap 2 hari sekali.
Adapun hari selebihnya diserahkan sepenuhnya kepada orangtua, jelasnya. Namun tatkala Covid-19 mulai mendekati daerah di Kota Pasuruan ini, maka sejak sepekan ini sudah tidak dilakukan lagi pertemuan setiap 2 hari sekali.
Pembelajaran sepenuhnya di rumah menjadi tanggung jawab orangtua, tegasnya. Ia pun berharap semoga virus corona segera dicabut oleh Allah diganti dengan keberkahan kehidupan dan ketebalan iman.
Baca: “Ratusan Santri Terancam Gagal Jadi Penghafal Qur’an di Pesantren Ini”
Sedangkan Ustadz Suparman selaku mudir TPQ Al Uswah di daerah Setro Baru, Surabaya, dengan tegas menyatakan sejak adanya edaran dan keputusan dari Wali Kota Surabaya untuk lockdown atas aktifitas berkumpul, maka sejak itu TPQ Al Uswah pun ditutup tidak ada pembelajaran.
“Sepenuhnya pembelajaran al-Qur’an dikembalikan ke rumah dan menjadi tanggung jawab orangtua termasuk dalam mengontrol ibadah 5 waktu shalat wajib,” tambahnya kepada hidayatullah.com secara terpisah.
Meski demikian, ada juga di antara mereka, anak-anak maupun orangtua yang ingin setor bacaan al-Qur’an, dan pihaknya tetap kami melayaninya, tambah Suparman.*