AHMAD Muzakky belakangan ini “galau”. Virus corona jenis baru asal China telah menjadi pandemi dan sudah masuk ke Indonesia. Di Tanah Air, hingga Senin (23/03/2020) pagi, sudah 48 orang meninggal positif Covid-19.
Tapi bukan itu yang membuat Muzakky “galau bingit” kali ini.
Lalu kenapa?
Adalah 4 unit asrama yang tersebar di Jakarta dan Ciputat, Tangerang, Banten, yang menjadi beban pikiran dan perasaan Muzakky beberapa pekan terakhir ini. Asrama-asrama itu dihuni oleh ratusan pemuda dan pemudi.
Bukan karena Jakarta sedang tanggap darurat virus corona. Bukan pula para pemuda itu dinyatakan suspect apalagi positif Covid-19. Tapi, mereka sedang terancam bubar dari asrama tersebut. Siapa mereka?
Muzakky menuturkan, ratusan pemuda-pemuda tersebut adalah para mahasiswa dan mahasiswi sekaligus santriwan-santriwati di program pesantren yang sedang diembannya.
Pesantren Mahasiswa Dai, disingkat Pesmadai. Begitulah namanya. Sebuah lembaga swadaya yang didirikan untuk pengembangan dakwah dan pendidikan khususnya untuk kalangan mahasiswa.
Pesmadai berdiri di bawah Yayasan Dai Muda Indonesia dengan legal formal SK Kemenkumham No. AHU-0004236. AH.01.12. Tahun 2018 dan Akta Notaris No. 1 /IK/SK/I/2018, NPWP 84.679.430. 3-002.000.
Muzakky menjelaskan, Pesmadai berkomitmen menjadi wadah pembinaan yang diharapkan melahirkan peserta didik yang tinggi ilmunya, kokoh imannya, meluas amalnya, mulia akhlaknya, cinta negeri, serta menjadi perekat ukhuwah.
“Mahasiswa Pesmadai memiliki karakter du’at, yakni semangat dakwah sebagai nilai utama yang selalu dijaga. Sebagai dai/daiyah, ia menjadi suri teladan di lingkungannya dan menyeru kepada kebaikan. Seraya di waktu yang sama, ia tak berhenti bermuhasabah diri untuk menjadi lebih baik,” jelasnya.
Pesmadai menyelenggarakan kegiatan pendidikan diniyah berasrama dengan empat program unggulan, yaitu Tahfidzul Qur’an, Hadits, Bahasa Arab, dan Entrepreneuership.
Adapun target output Pesmadai diharapkan menguasai beragam keterampilan praktis sebagai bekal menghadapi persaingan global.
Tujuan mulia tersebut kerap menemui berbagai tantangan dan dinamika. Termasuk yang sedang terjadi saat ini bertepatan bencana Covid-19 yang melanda Indonesia dan dunia.

“Ancaman” itu
Muzakky menuturkan, Pesmadai hingga saat ini belum memiliki lokasi yang mandiri dalam menjalankan kegiatan mereka. Namun, hal itu tidak menghentikan langkah mereka untuk mengabdi kepada umat, bangsa, dan negara.
Program pesantren penghafal Qur’an Pesmadai berdiri sejak tahun 2014, berawal 1 asrama di Jakarta Selatan. Hingga sekarang, tahun 2020 ini, terdapat 6 asrama yang tersebar di Jabodetabek.
“Semua asrama statusnya masih kontrak dan menumpang,” ujar Muzakky di Pondok Terong, Kota Depok, Jawa Barat, kepada hidayatullah.com. Di sini tempat salah satu asrama Pesmadai.
Meski masih tinggal di asrama kontrakan, namun tidak menyurutkan semangat dan langkah pesantren penghafal Qur’an Pesmadai.
Pesmadai, kata pria murah senyum ini, tetap berupaya agar program mencetak generasi Muslim yang cerdas, intelektual, berakhlak karimah serta menghafal Qur’an, dapat terlaksana, walaupun mengawalinya dengan mengontrak rumah.
Mengontrak merupakan salah satu upaya Muzakky sebagai Direktur Pesmadai untuk tetap eksis memperjuangkan agama lewat program tersebut.
Maklum, jelasnya, tanah dan gedung di kota metropolitan sangat mahal harganya. Ia pun merasakan susahnya mendapatkan hibah wakaf tanah dan bangunan di tengah-tengah kota padat dan ramai.
Selama ini, para santri Pesmadai tak cuma bergelut dengan Al-Qur’an dan pelajaran di dalam ruangan. Mereka juga turut berpartisipasi membangun bangsa dan agama, termasuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam berbagai aksi di lapangan.
Misalnya, tutur Muzakky, turut peduli terhadap para korban gempa dan tsunami Palu, Donggala, Sulawesi Tengah; peduli Palestina; berbagi takjil ke jalan raya pada bulan Ramadhan; menggelar Ngaji On the Road bersama generasi muda milenial; peduli korban banjir; serta berperan dalam isu-isu terkini.
“Pesmadai turut bergerak cegah Covid-19 dengan berbagi jahe, kunyit, dan temulawak,” tuturnya, menyebut sejumlah rempah-rempah yang diyakini dapat meningkatkan imunitas dan menangkal virus corona.
Baca: Pemuda Zaman Now “Pesmadai”: dari Bersihkan Masjid sampai Mengajar Ngaji
Hingga kemudian sampai saat ini, “kegalauan” menimpa Muzakky. Lantaran, 4 dari 6 asrama yang sehari-hari tempat mereka mengaji dan menghafal Al-Qur’an itu sudah habis masa sewanya sejak 15 Maret 2020 lalu.
Sementara itu, pemilik kontrakan tersebut sudah menagih-nagih, meminta kepastian pembayaran kontrakan. Wajar, sudah sepekan lebih tenggat waktu pembayaran itu berlalu.
Jika pembayaran kontrakan asrama tersebut gagal, bagaimana nasib ratusan santri penghafal Al-Qur’an tersebut?
“Mereka akan menyebar dan program menghafal terhenti,” ungkap Muzakki yang juga aktivis pemuda Muslim ini.
Ia mengatakan, program menghafal Qur’an itu terancam tutup lantaran pesantren tidak memiliki dana yang cukup untuk biaya kontrak 4 rumah. Rinciannya, 3 asrama di wilayah Ciputat dan 1 lainnya di Jakarta Selatan.
Muzakky menceritakan nasib miris yang dialami para santri hafizh-hafizhah Pesmadai, mereka terancam gagal menjadi penghafal Al-Qur’an di tempat ini.
“Kami ingin menjadi penghafal Al-Qur’an, tapi cita-cita kami hanya sebatas mimpi karena asrama tempat menghafal Qur’an kami sudah habis masa kontrakannya,” ungkap para santri saat Muzakky berkumpul bersama mereka, berharap kekhawatiran itu tidak terjadi.
Menurut Muzakky, dana yang diperlukan untuk biaya sewa 4 rumah sekitar Rp 125 juta. Dana segitu untuk membayar sewa 1 asrama di Legoso, Ciputat dengan tarif Rp 45 juta. Lalu, 1 unit asrama di Jl Siyaridin, Jaksel dengan harga sewa Rp 15 juta. Serta, 2 asrama di samping kampus UIN Syarif Hidayatullah yang disewa seharga Rp 65 juta.
“Sementara dana kas pesantren yang ada saat ini hanya ada Rp 30 juta, kurang Rp 95 juta,” sebutnya, seraya membuka peluang bagi para muhsinin untuk turut berpartisipasi mewujudkan cita-cita para santri-santriwati tersebut dalam menghafal Qur’an di lembaga itu.
Perlu diketahui, ratusan santri tersebut tidak dipungut biaya dalam menempuh pendidikan di Pesmadai alias gratis. “Pesmadai merupakan lembaga non-provit,” ujarnya dalam obrolan ringan dengan hidayatullah.com pada Senin (23/03/2020).
Lalu darimana dana membiayai operasional pendidikan, akomodasi, dan keperluan lain para santri yang berasal dari hampir semua provinsi se-Indonesia itu?
Muzakky mengakui bahwa pihaknya belum dapat mandiri. “Wujudkan mereka jadi penghafal Qur’an ke BNI Syariah 7887997117 a/n Yayasan Dai Muda Indonesia. Bagi Muslimin tergerak membantu bisa hubungi 085231230141,” tambah Muzakki yang merupakan santri lulusan salah satu pondok pesantren di Kalimantan Timur ini.*