Kisah para salaf saleh selama bulan Ramadhan memberikan pelajaran penting bagi kita, setidaknya spirit mereka dalam berinteraksi dengan Al-Quran
Hidayatullah.com | BULAN Ramadhan adalah waktu istimewa bagi umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Di antara berbagai amalan yang dijalankan, membaca Al-Quran memiliki keutamaan luar biasa.
Bagi para salaf saleh — generasi awal Islam yang dikenal dengan ketakwaan dan semangat ibadah yang tinggi — Al-Quran bukan hanya bacaan, tetapi jalan hidup.
Salah satu hal yang mencengangkan dari kehidupan para salaf saleh adalah kemampuan mereka mengkhatamkan Al-Quran hingga 90 kali dalam sebulan Ramadhan.
Sosok-sosok seperti Kahmasy, Ibnu Atha, Ali bin Khattab, dan Zuhair bin Muhammad menjadi teladan bagaimana cinta pada kalamullah terwujud dalam amalan nyata.
Berikut ini adalah kisah inspiratif mereka.
Kahmasy: 90 Khatam Setiap Ramadhan
Dikisahkan dalam kitab “Al-Mudhisy” (hal. 370), Kahmasy memiliki kebiasaan mengkhatamkan Al-Quran sebanyak 90 kali dalam bulan Ramadhan. Artinya, beliau mampu menyelesaikan tiga kali khatam setiap hari. Ini menunjukkan betapa beliau memiliki kedisiplinan waktu yang luar biasa serta kekuatan ruhiyah yang tinggi.
Bukan hanya kecepatan membaca, tetapi juga menunjukkan betapa Al-Quran benar-benar menjadi sahabat dalam setiap momen hidupnya.
Ibnu Atha: Antara Khatam Harian dan Tadabbur yang Mendalam
Menurut kitab “Siyar A’lam an-Nubala” (14/255), Ibnu Atha memiliki kebiasaan khatam Al-Quran setiap hari. Khusus di bulan Ramadhan, jumlahnya mencapai 90 kali khatam. Yang lebih mengagumkan, beliau tidak hanya mengejar kuantitas, tetapi juga menghidupkan Al-Quran dalam keseharian.
Dikisahkan bahwa beliau menghabiskan waktu selama belasan tahun untuk mengkhatamkan satu kali saja, demi memperdalam tadabbur dan pemahaman makna-maknanya. Ini menunjukkan keseimbangan antara kuantitas dan kualitas dalam interaksinya dengan Al-Quran.
Ali bin Khattab: Khatam dalam Dua Hari dan 90 Kali di Ramadhan
Ali bin Khattab, seorang faqih dan qari’ dari Mazhab Syafi’i, dikenal dengan semangatnya dalam membaca Al-Quran. Dalam kitab “Tarikh al-Islam” (45/360), disebutkan bahwa beliau biasa mengkhatamkan Al-Quran setiap dua hari sekali di luar Ramadhan.
Namun, ketika bulan suci tiba, jumlah khatamannya mencapai 90 kali. Ini artinya, beliau meluangkan sebagian besar waktunya untuk berinteraksi dengan Al-Quran, menjadikannya prioritas utama di bulan penuh berkah ini.
Tidak hanya dikenal dengan bacaan Al-Quran yang indah, Ali bin Khattab juga merupakan seorang ulama bahasa Arab yang mendalam ilmunya. Interaksinya dengan Al-Quran bukan hanya sebatas membaca, tetapi juga memahami dengan baik setiap lafaz dan makna.
Zuhair bin Muhammad: Seperti Imam Ahmad bin Hanbal
Zuhair bin Muhammad, seorang wali Allah yang diakui ketakwaannya, memiliki kebiasaan khatam Al-Quran 90 kali di bulan Ramadhan.
Dalam “Qiladat al-Nahr” (2/561), disebutkan bahwa Al-Baghawi menilai Zuhair sebagai sosok yang tidak pernah ia lihat lebih baik setelah Imam Ahmad bin Hanbal.
Pernyataan ini menunjukkan betapa Zuhair bin Muhammad memiliki kualitas ibadah yang sangat tinggi. Khataman yang dilakukan Zuhair bukan hanya soal jumlah, tetapi juga sebagai bukti nyata bagaimana seorang salaf saleh menjadikan Al-Quran sebagai ruh dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kitab “Tarikh Baghdad” disebutkan juga bahwa sang anak, Muhammad bin Zuhair menceritakan kebiasaan bapaknya (Zuhair) yang unik selama bulan Ramadhan yaitu mengumpulkan keluarganya setiap kali ia menyelesaikan pembacaan Al-Quran.
Ia berhasil menyelesaikan pembacaan Al-Quran sebanyak tiga kali dalam sehari, yang berarti ia menyelesaikan pembacaan Al-Quran sebanyak sembilan puluh kali sepanjang bulan Ramadhan.
Tradisi ini menunjukkan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan ibadah dan nilai pentingnya menjaga kebersamaan keluarga dalam suasana spiritual.
Rahasia dan Kunci Kekuatan Para Salaf Saleh
Mungkin sulit dibayangkan bagaimana para salaf saleh bisa mencapai 90 kali khatam dalam sebulan. Namun, ada beberapa rahasia yang bisa kita petik dari mereka:
Pertama, manajemen waktu yang Ketat
Setiap detik di bulan Ramadhan benar-benar dimanfaatkan untuk membaca Al-Quran. Mereka membagi waktu antara shalat, membaca Al-Quran, dan sedikit istirahat.
Kedua, kekuatan iman dan cinta pada Al-Quran
Bagi mereka, membaca Al-Quran bukan kewajiban yang berat, melainkan kesenangan yang mendalam.
Ketiga, keikhlasan dan fokus
Setiap ayat dibaca dengan penuh ketulusan, berharap hanya kepada ridha Allah. Keikhlasan inilah yang membuat mereka mampu bertahan dan bersemangat.
Keempat, lingkungan yang mendukung
Para salaf saleh sering hidup dalam lingkungan yang mendukung ibadah dan memiliki sahabat yang saling mengingatkan dalam kebaikan.
Kisah para salaf saleh ini memberikan pelajaran penting bagi kita. Meskipun mengkhatamkan Al-Quran 90 kali mungkin terasa mustahil di zaman sekarang, kita bisa mengambil spirit mereka dalam berinteraksi dengan Al-Quran.
Mulailah dengan target sederhana tetapi konsisten, seperti satu juz per hari, lalu meningkat secara bertahap.
Menjadikan Al-Quran sebagai teman sehari-hari, bukan hanya bacaan musiman di bulan Ramadhan, bisa menjadi langkah awal. Selain itu, membangun lingkungan keluarga yang cinta Al-Quran juga bisa membantu memperkuat semangat membaca.
Para salaf saleh telah meninggalkan jejak yang terang bagaimana seharusnya kita berinteraksi dengan Al-Quran. Kisah mereka bukan untuk membuat kita merasa kecil, tetapi menjadi motivasi untuk meningkatkan kualitas ibadah.
Jika mereka mampu mengkhatamkan 90 kali dalam sebulan, setidaknya kita bisa mulai dari satu kali dengan penuh pemahaman. Ini akan menjadikan Ramadhan kita lebih bermakna dan lebih intim bersama Al-Quran di bulan Ramadhan.*/Mahmud Budi Setiawan