ABU ALI AR RUBATHI dikenal memiliki hubungan persahabatan yang cukup kuat dengan Abdullah Ar Razi. Suatu saat dua orang ini melakukan perjalanan di padang pasir. Abdullah Ar Razi pun menyampaikan kepada sahabatnya,”Engkau menjadi pemimpin dan aku yang dipimpin atau sebaliknya?” Abu Ali Ar Rubathi pun menjawab,”Engkau yang menjadi pemimpin dan aku yang dipimpin.”Abdullah Ar Razi pun membalas,”Jika demikian maka engkau harus taat”. Abu Ali pun mengiyakan.
Kemudian Abdullah Ar Razi pun memasukkan seluruh perbekalan ke kantong dan membawanya di punggung. Sebagai sahabat Abu Ali tidak menginginkan hal itu lebih-lebih Ar Razi adalah pemimpin safar,”Berikan kantung itu kepadaku”. Ar Razi pun menjawab,”Bukankah aku adalah pemimpin? Allah berfirman,’Taatilah Allah, taatilah rasul serta pemimpin kalian’, maka engkau harus taat”.
Di suatu malam dalam perjalanan itu turunlah hujan semalaman. Ar Razi pun memilih berdiri dengan mambawa bekal dan menaungi Abu Ali yang duduk, hingga ia terhindar dari hujan. Tentu Abu Ali tidak bisa menentang keputusan Ar Razi karena ia sebagai pemimpin safar yang harus ditaati meskipun ia sendiri tidak rela menyaksikan sahabatnya itu berkorban untuknya. Abu Ali pun mengatakan dalam hati,”Kenapa aku tidak mati saja, hingga tidak pernah mengatakan,’Engkau menjadi pemimpin’. (lihat, Ihya Ulumuddin 5/969)
Abu Ali Ar Rubathi menurut perkiraan Al Allamah Az Zabidi adalah seorang hafidz Hadits tsiqah yang wafat pada tahun 246 H yang periwayatannya terdapat dalam Shahih Al Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi dan An Nasai. (lihat Al Ithaf, 6/226)
Dari kisah di atas bisa diambil pelajaran bahwa karakter persahabatan sejati adalah saling mementingkan pihak lain sebelum dirinya sendiri, bahkan saat menjadi pemimpin karakter itu tidak ditinggalkan.