5. Benci terhadap kemaksiatan dan selalu berusaha menjauhinya adalah salah satu sebab seseorang mendapatkan husnul khatimah.
Seorang muslim mesti membenci dan menjauhi apa saja yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Karena, jika seseorang selalu berbuat maksiat dan mati dalam kemaksiatan, hal itu dapat menyebabkan akhir yang buruk baginya, bahkan kelak ia akan dibangkitkan dengan apa yang dilakukannya ketika mati. Oleh sebab itu, Nabi SAW bersabda, “Siapa yang mati dalam satu keadaan, maka Allah akan membangkitkannya dalam keadaan tersebut.” (Ahmad)
6. Sabar menghadapi musibah juga salah satu sebab untuk mendapatkan husnul khatimah, sementara sikap keluh kesah atau nekad bunuh diri adalah satu sebab seseorang mendapatkan suul khatimah.
Seorang muslim selayaknya selalu sabar menghadapi berbagai cobaan demi mengharap ridha Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan, setiap perkara kaum muslim semuanya baik, dan itu tidak akan terjadi kecuali pada diri seorang mukmin. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya; sementara jika ia terkena musibah, ia akan sabar dan itu pun baik baginya.” (Muslim)
Tidak diragukan lagi, sikap sabar menghadapi musibah dapat menghapus segala kesalahan dan dosa. Oleh karena itu, seorang hamba sepantasnya untuk bersabar, tetap konsisten, dan selalu mengharap pahala dari-Nya. Nabi saw. bersabda, “Tidak ada seorang muslim yang menderita satu penyakit atau musibah lainnya, kecuali Allah akan menggugurkan semua kesalahannya sebagaimana sebuah pohon menggugurkan dedaunannya.” (Al-Bukhari)
Diriwayatkan dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah r.a. bahwa keduanya mendengar Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang mukmin mengalami rasa sakit, rasa letih, dan tertimpa penyakit kecuali dengannya akan dihapuskan segala kesalahannya.” (Muslim)
7. Selalu berbaik sangka kepada Allah adalah salah satu sebab husnul khatimah, sedangkan berburuk sangka kepada Allah adalah salah satu penyebab suul khatimah.
Sepantasnya seorang hamba memahami bahwa Allah tidak akan pernah menzaliminya barang sedikit pun, dan Allah Maha mampu melakukan apa yang disangkakan hamba-Nya. Nabi SAW bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku Maha mampu melakukan apa yang disangkakan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku selalu bersamanya selama ia terus mengingat-Ku…” (Al-Bukhari)
Jabir r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda tiga hari sebelum beliau wafat, ‘Janganlah salah seorang dari kalian mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah.”
8. Tahu dan percaya kepada janji Allah yang berupa kenikmatan abadi bagi setiap mukmin.
Sebab, mengetahui dan meyakini janji Allah dapat membangkitkan semangat untuk berbuat baik dan teguh dalam ketaatan kepada-Nya. Allah berfirman, “Apa saja yang diberikan kepada kamu, itulah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu memahaminya?” (al-Qashash: 60).
Seorang mukmin hendaknya tahu bahwa tempat jiwa-jiwa mukmin ketika memasuki alam Barzakh adalah surga. Diriwayatkan dari Abdurrahman ibn Ka’ab, dari ayahnya, Ka’ab ibn Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jiwa seorang mukmin itu terbang dan tergantung di pepohonan surga sampai Allah mengembalikannya ke jasadnya pada hari ia dibangkitkan.” (Ahmad)
Tempat jiwa syuhada lebih tinggi dari itu. Dalam Sahih Muslim dijelaskan, “Jiwa-jiwa mereka berada dalam paruh burung hijau yang memiliki lampu-lampu yang tergantung di ‘Arsy. Burung-burung itu dilepas dari surga dan beterbangan ke mana saja mereka suka, kemudian mereka kembali bernaung di bawah lampu-lampu tersebut …” (Muslim).*
Dipetik dari tulisan Aiman Mahmud dalam bukunya Semakin Tua Semakin Mulia.