DIRIWAYATKAN dalam kitab milik Tirmidzi dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Cukuplah bagimu sebuah dosa jika kamu masih bersengketa.” (Hadits gharib).
Ali bin Abi Thalib berkata, “Sesungguhnya persengketaan menimbulkan kerusakan.”
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Barangsiapa mendebat (orang lain) dalam sebuah persengketaan tanpa ilmu senantiasa ia dalam kemurkaan (Allah) hingga meninggalkannya.” (Diriwayatkan Ibnu Abi Ad-Dunya dan AI-Ashbahani, namun di dalamnya terdapat Raja’, Abu Yahya di mana para ulama menilainya lemah).
Diriwayatkan Yazid bin Tirmidzi bahwa Abu Umamah Radhiyallahu Anhu meriwayatkan dari Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
“Tidaklah tersesat suatu kaum setelah mereka berada dalam petunjuk kecuali mereka melakukan perdebatan.” Kemudian beliau membaca, ‘Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu kecuali untuk berdebat.’” (Az-Zukhruf: 58)
Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wasallam bersabda,
“Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah kesalahan seorang alim dan perdebatan orang munafik tentang Al-Quran serta dunia yang mematahkan leher kalian.” (Diriwayatkan Yazid bin Abi Ziyad dari Mujahid dari Ibnu Umar).
Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Berbantah-bantahan di dalam Al-Quran adalah haram.” (Diriwayatkan Abu Dawud dan Ibnu Hibban dalam kedua kitab shahih, Shahih Bukhari dan Shahih Muslim mereka dari hadits Abu Hurairah. Juga diriwayatkan Thabrani dan lainnya dari hadits Zaid bin Tsabit).
Tidak diperkenankan mengubah sebuah pembicaraan menjadi tinggi dan kasar, atau memaksakan diri mengungkapkan kata-kata yang mengandung nilai sastra sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang sok nyastra. Sebab itu semua termasuk jenis pembicaraan yang kurang terpuji. Sebaiknya seseorang mengungkapkan kata-kata dengan bahasa yang mudah difahami dan tidak membingungkan lawan bicara.
Dalam kitab Tirmidzi diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah membenci seorang ahli sastra yang melenggak-lenggokkan lidahnya sebagaimana sapi melenggak-lenggokkan lidahnya.” (Tirmidzi mengatakan bahwa hadits tersebut adalah hadits hasan).
Diriwayatkan pula dari Jabir Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat duduknya di hari Kiamat adalah yang lebih akhlaknya. Dan sesungguhnya yang paling aku benci di antara kalian dan yang paling jauh tempat duduknya di hari Kiamat adalah orang-orang yang banyak omong dan yang sering menyakiti orang lain dengan lisannya serta al-mutafaihiqun.”
Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, kami sudah mengetahui apa itu tsartsarun (orang-orang yang banyak omong) dan mutasyaddiqun (orang-orang yang sering menyakiti orang lain dengan lisannya). Lalu apa yang dimaksud dengan al-mutafaiqihun itu?” Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang sombong.”
Ketahuilah bahwasanya yang tidak termasuk perkataan tercela adalah memperindah bahasa saat berkhutbah dan nasihat jika tidak dilebih-lebihkan dan banyak kata anehnya. Kecuali jika yang dimaksudkannya adalah menggiring hati agar taat kepada Allah Ta’ala. Memperbaiki pembicaraan dalam masalah ini terdapat dampak positif yang sangat jelas. Wallahu A’lam.*/Adz-Dzahabi, dalam bukunya Al-Kabair.