Hidayatullah.com | ADA pesan menarik dari Ustad Hilman Rosyad Shihab Lc Rahimahullahu kepada jamaah di sebuah musholla kecil di pinggiran kota Depok, Jawa Barat, beberapa bulan sebelum beliau wafat pada pertengahan Januari 2018.
Kala itu menjelang Ramadhan. Alumnus Universitas Islam Madinah ini sengaja diundang oleh DKM musholla kecil tersebut untuk mengisi tarhib Ramadhan. Pesan yang beliau sampaikan amat pas untuk kita renungkan kembali menjelang datangnya bulan penuh hikmah yang kini tinggal menghitung hari.
Hilman mengatakan, setidaknya ada empat kesalahan yang kerap kita jumpai pada masyarakat dalam memaknai puasa Ramadhan. Kesalahan tersebut kadang tak disadari karena ia sudah menjadi kebiasaan di tengah masyarakat. Padahal, meski tidak sampai membatalkan puasa, kesalahan itu bisa mengurangi nilai puasa kita. Jika tidak buru-buru kita perbaiki maka kita akan rugi.
Kesalahan pertama, puasa –atau menahan diri dari makan dan minum serta “bergaul” dengan pasangan pada siang hari– kerap dijadikan target utama, sedangkan amalan-amalan lain cenderung diabaikan. Celakanya, mereka merasa telah melewati Ramadhan secara sempurna hanya dengan menahan tiga hal tadi selama sebulan penuh.
Padahal, menahan ketiga hal tadi bukanlah hal terpenting selama Ramadhan. Rasulullah ﷺ sendiri mengingatkan dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ath Thobroni, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga saja.”
Puasa Ramadhan memang diwajibkan kepada setiap Muslim sesuai seruan Allah Taala dalam al-Quran surah al-Baqarah [2] ayat 183. Namun, tak ada yang istimewa jika kita menjalankannya hanya untuk menggugurkan kewajiban saja. Apalagi puasa adalah ibadah yang ringan. Tak ada orang sehat yang menjadi sakit, apalagi sampai meninggal, gara-gara berpuasa.
Yang istimewa justru apabila kita mampu melakukan amalan-amalan lain sepanjang Ramadhan, seperti shalat malam, tilawah, zikir, zakat, sedekah, itiqaf, dan mengkaji ilmu. Allah Ta’ala telah menjanjikan pahal berlipat bila kita sanggup melaksanakan amalan-amal seperti itu di bulan Ramadhan.
Kesalahan kedua, puasa dijadikan alasan untuk mengurangi aktivitas sehari-hari. Kebanyakan kita beranggapa rasa lapar bisa menjadi pemakluman kalau kinerja kita menurun. Akibatnya, waktu kita habis untuk tidur atau bersantai selama Ramadhan. Apalagi bila kita beranggapan bahwa tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah sesuai bunyi hadits yang dinyatakan lemah oleh banyak ulama dan disalah tafsirkan oleh kebanyakan masyarakat.
Padahal, Rasulullah ﷺ tidak mengajarkan kita untuk berleha-leha selama Ramadhan. Justru sebagian perang pada zaman Rasulullah ﷺ berlangsung pada bulan Ramadhan. Jadi hendaknya kita tetap produktif selama Ramadhan, apalagi dalam hal kebaikan. Insya Allah pahalanya pun akan berlipat.
Kesalahan ketiga, kebanyakan kita menjadikan saat berbuka puasa sebagai ajang “balas dendam”. Segala jenis makanan dan minuman yang enak kita sajikan. Setidaknya, lebih banyak dari biasanya. Lihatlah para penjual makanan selalu ramai dikunjungi menjelang berbuka. Masyarakat menjadi konsumtif. Padahal, Ramadhan adalah saat yang tepat untuk berhemat.
Rasulullah ﷺ tentu tidak mencontohkan hal seperti itu. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, Anas bin Malik bercerita bahwa Rasulullah ﷺ biasa berbuka dengan ruthab (kurma basah). Jika tidak ada ruthab, beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Jika tidak ada juga, beliau meminum seteguk air.
Kesalahan keempat, kata Hilman, adalah anggapan bahwa Ramadhan sebagai ajang latihan untuk menahan hawa nafsu. Seharusnya, tidak ada lagi latihan selama Ramadhan. Yang ada justru pertandingan. Ramadhan adalah saat berkompetisi dalam kebaikan.
Jadi, saat Ramadhan tiba, kita benar-benar harus all out (habis-habisan), bukan lagi coba-coba. Rugi kita jika masih menganggap Ramadhan sebagai ajang latihan sementara saat di luar Ramadhan justru kita tak pernah all out.
Mudah-mudahan pesan almarhum ini menjadikan kita tak salah lagi dalam memandang Ramadhan, dan semoga menjadi amal kebajikan penambah pahala buat beliau. Aamiiin.*/Mahladi Murni