Puasa Ramadhan juga memberikan hikmah (pelajaran) berupa pentingnya memahami kondisi masyarakat yang membutuhkan
Oleh: Imam Nawawi
Hidayatullah.com | TIDAK lama lagi, umat Islam akan bertemu bulan suci Ramadhan di tahun 1443 H. Tentu penting bagi kaum Muslimin menyambut dengan penuh suka cita dan sudah barang tentu dengan pemahaman yang memadai, terutama sisi hikmah disyariatkannya ibadah puasa itu sendiri.
Allah Ta’ala mensyariatkan beragam ibadah, seperti sholat, zakat, haji dan puasa. Semua itu adalah dalam rangka menyaring dan memastikan siapa hamba-hamba Allah yang menerima dan ridha serta menyaring siapa orang-orang yang benar-benar beriman.
Termasuk di dalamnya puasa. Puasa akan membuktikan jati diri dari seseorang, apakah ia beriman dan karena itu berusaha untuk bertakwa.
Ataukah dia hanya mampu mengatakan iman, namun tidak mau untuk tunduk dan patuh kepada Allah.
Pembuktian
Puasa menjadikan seorang hamba lebih memilih patuh dan taat kepada Allah dengan tidak melakukan apa yang sebenarnya boleh dan baik dalam rentang waktu tertentu. Puasa akan menjadikan seseorang menyadari eksistensi dirinya yang tak sekadar makhluk jasadiyah, sehingga terlena oleh kesenangan duniawi.
Puasa membuat seseorang sadar bahwa dirinya adalah makhluk yang seutuhnya butuh akan rahmat dan pertolongan Allah. Dan, yang terpenting, puasa itu adalah jalan terbaik mendekatkan diri kepada Allah, meraih takwa.
يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَۙ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS: Al-Baqarah [2]: 183).
Takwa itu pekerjaan hati yang menjelma dalam pikiran, ucapan lisan dan perbuatan anggota badan. Oleh karena itu orang yang berpuasa dan benar puasanya bukan sekedar tidak makan dan tidak minum pada siang hari, tetapi juga benar-benar menjaga diri dari kesia-siaan apalagi kedurhakaan kepada Tuhan.
Lebih jauh orang yang berpuasa akan banyak melakukan amal pikir dan dzikir, karena sepanjang puasa ia ingin hatinya selalu terhubung kepada Allah Ta’ala. Puasa juga memberikan hikmah (pelajaran) berupa pentingnya memahami kondisi masyarakat yang membutuhkan. Dan, itulah cara tebaik menjaga hati tetap jernih.
Abu Sulaiman Ad-Darani berkata, “Jiwa itu jika lapar dan dahaga, maka hatinya akan menjadi jernih dan halus. Akan tetapi jika ia kenyang, hati pun menjadi buta.”
Perisai
Dengan begitu, puasa juga berfungsi sebagai perisai bagi hati, sehingga kokoh dan tidak mudah goyah oleh godaan syahwat dan setan. Artinya orang berpuasa akan selamat dari berpikir buruk, berkata kasar dan bertindak jahat.
Karena orang yang berpuasa dilarang untuk bertengkar apalagi sampai berkelahi. Tidak mungkin perkelahian terjadi antar orang yang berpuasa.
Jadi, puasa sebenarnya adalah peredam dari api gejolak diri yang menghendaki perbuatan negatif dan merusak.
Dalam kata yang lain, puasa jadikan jiwa kita semakin segar, sehat dan penuh tenaga. Oleh karena itu akan sangat aneh ada orang puasa tapi hari-hari hanya malas, tidur dan melakukan hal yang tidak bermanfaat.*
Penulis adalah pegiat literasi di www.masimamnawawi.com