Hidayatullah.com–Hari Rabu, (22/01/2014) bencana banjir bandang Manado masih menyisakan duka yang mendalam.
Warga masih banyak yang tinggal di pengungsian. Sebab rumah mereka hilang karena hanyut dan juga rusak berat. Para pengungsi belum mampu memperbaiki apalagi membangun kembali rumahnya.Termasuk warga Muslim yang mengungsi di Masjid Ashhabul Kahfi Pal II, lingkungan 4.
Mereka juga belum dapat kembali ke rumah mereka.Menurut Murdianto bahwa kondisi sudah berangsur lebih baik, walaupun mereka masih tampak sedih.
Untuk sumur air bersih dan dapur umum sudah berjalan dengan optimal. “Alhamdulillah sumur air bersih sudah siap dan dapur umum juga sudah mandiri,” ujar Murdianto.Yang lebih mengharukan, dalam kondisi sedih segurat bahagia dirasakan para pengungsi Muslim.
Mereka merasakan hidangan masakan aqiqah dari Bapak Dadang salah seorang pegawai dari Balai POM Manado.
“Beliau adalah salah seorang simpatisan Hidayatullah Manado dan ingin berbagi dengan pengungsi,” terang Murdianto.
Aqiqah diselenggarakan di Masjid Ashhabul kahfi pal II. Pengungsi pun mendoakan agar Raisha Aqilah Sidqiyah, putri Bapak Dadang menjadi anak yang sholehah.
Sebelumnya, para pengungsi warga Muslim sempat kesulitan mendapatkan makanan halal karena beberapa kali bungkusan makanan gratis didapati lauknya dari babi.
Penugasan Dai
BMH melakukan penugasan Da’i Bencana.
“Insya Allah besok akan kami mulai gerakan bersih-bersih masjid yang diinisiasi BMH. Ini adalah bentuk kepedulian agar masyarakat bisa kembali menggunakan masjid untuk menunaikan sholat berjamaah,” ujar
Murdianto.
Menurut Suwito Fatah, Kepala Departemen Program Pendayagunaan BMH mengungkapkan bahwa hari Kamis, 23/1/2014, da’i-da’i yang telah mengikuti pelatihan di Jakarta akan kembali berangkat bertugas, termasuk ke Manado dan Medan untuk mendukung program peduli bencana.”Insya Allah da’i-da’i yang berangkat ke Manado akan membantu program trauma healing bagi pengungsi,” ujar Suwito.
Para da’i tersebut akan mengingatkan dan memberikan ceramah-ceramah bagi pengungsi tentang pentingnya menjalankan kewajiban agama dan mengambil hikmah atas terjadinya bencana.
Yang tidak kalah penting para dai dibutuhkan untuk normalisasi
masjid.*/kiriman Abu Ilmia