Hidayatullah.com—Delegasi ulama Muslim yang dipimpin oleh Bhopal Qazi Syed Mushtaq Ali Nadwi bertemu dengan Direktur Badan Polisi India (DGP), Direktur Jenderal Polisi Sudhir Saxena dan Menteri Dalam Negeri India Narottam Mishra untuk menyampaikan keprihatinan mereka atas kekerasan komunal di Khargone, Madhya Pradesh (MP).
Dalam sepucuk surat yang diserahkan kepada Mendagri, delegasi menyampaikan keprihatinannya atas provokaksi Bajrang Dal dan kelompok agama Hindu lainnya yang melakukan prosesi di daerah mayoritas Muslim di Hanuman Jayanti, sebuah festival untuk merayakan kelahiran Dewa Hindu Hanuman.
Mereka meminta untuk memastikan keamanan yang ketat di daerah-daerah yang didominasi Muslim untuk menghindari insiden tak terduga di ibu kota negara bagian tersebut. “Bajrang Dal telah mengumumkan untuk melakukan prosesi Hanuman Jayanti di daerah-daerah yang didominasi Muslim, yang sangat sensitif dengan jalur-jalur sempit. Mereka berulang kali memperingatkan di media sosial untuk melakukan prosesi di wilayah Itwara dan Budhwara. Selama bulan Ramadhan yang sedang berlangsung ini, orang-orang dari komunitas Muslim di daerah ini sangat khawatir,” ujar peryaan itu dikutip laman The Statesman.
Delegasi juga menyatakan keprihatinannya atas tindakan pemerintah negara bagian terhadap komunitas Muslim dan menuduh aparat polisi dan pemerintah melakukan tindakan yang bias. “Ini tidak lain adalah penindasan terhadap umat Islam. Mereka yang bersalah harus dihukum tetapi tanpa menyelidiki kebenaran tuduhan dimana rumah dan tempat usaha Muslim dihancurkan,” kata Syed Mushtaq Ali.
Lebih lanjut dia juga mengatakan bahwa mereka telah menginformasikan bahwa kamera CCTV akan dipasang di semua masjid di seluruh negara bagian. Dan pihak Mendagri dan DGP telah meyakinkan pengerahan aparat polisi untuk mencegah situasi yang tidak diinginkan dan menjaga situasi yang harmonis selama bulan Ramadhan.
Narottam Mishra memuji langkah dan ide untuk memasang kamera CCTV di masjid-masjid wilayah itu. “Jika kamera CCTV membantu mengurangi kebingungan, itu harus dipasang,” katanya.
Kekerasan dimulai pada Ahad ketika komunitas Muslim keberatan ketika seorang disc jockey (DJ) memainkan musik yang tidak pantas di depan masjid. Peristiwa ini diikuti dengan pelemparan batu dan pembakaran di banyak tempat di kota, di mana banyak orang termasuk inspektur polisi Khargone terluka.
Menurut beberapa laporan media, begitu arak-arakan tiba di dekat masjid, lagu yang ditolak warga Muslim mulai terdengar keras. Seiring suara lagu, muncul slogan-slogan dilontarkan terhadap komunitas Muslim.
Hal ini membuat komunitas Muslim marah dan mulai melempari batu. Setelah itu, kedua komunitas bertemu muka dilanjutkan aksi pembakaran, perusakan, dan penjarahan properti Muslim.
Kekerasan yang dimulai sore ini, mencapai berbagai daerah di Khargone (Kharjoon) dan sekitarnya. Keesokan paginya, pemerintah justru menyalahkan komunitas Muslim dan mulai membuldoser rumah dan toko mereka.
Beberapa jam setelah kejadian, kolektor distrik Anugrah P. mengumumkan jam malam di beberapa kantong kota Khargone. Insiden itu menyebabkan lebih dari tiga lusin orang terluka termasuk tujuh polisi dan inspektur polisi Siddharth Choudhary, kata Tilak Singh, divisi DIG Indore.
“Lebih dari 26 rumah, 12 kendaraan, lima toko, gudang dan beberapa tempat ibadah dirusak atau dibakar,” kata Tilak.
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Setelah kejadian ini justru 32 toko dan 16 rumah milik Muslim dibolduzer dan diratakan pihak aparat.
Meski mereka memiliki surat kepemilikan yang sah, aparat menuduhnya dengan tuduhan telah mendirikan bangunan ilegal. Tak hanya tempat usaha dan rumah Muslim, properti milik masjid juga jadi korban.
“12 toko yang merupakan bagian dari kompleks masjid diratakan,” kata Hidayatullah Mansuri, ketua panitia masjid yang memiliki toko di tempat itu.
Aksi yang menyusul kekerasan – dari polisi dan pemerintah – tampaknya menyasar umat Islam, tulis laman Thewire.in.*