Pada tulisan sebelumnya telah dikisahkan tentang mengapa Filipino (orang asli Filipina -red) tertarik masuk Islam. Misalnya dialami oleh Brother Sabar Abdul Jalil dan Sister Maryam. Kedua mualaf itu kini gigih berdakwah bersama komunitas Balik Islam.
Street Dakwah
Hidayatullah.com | SIANG itu di pinggiran Manila, Filipina, lumayan terik. Namun Sabar, Maryam, dan beberapa aktivis Balik Islam tak berhenti berjalan kaki, membagi-bagikan buku-buku kecil tentang agama Islam dalam bahasa Tagalog. Siapapun yang ditemui, akan diberi buku itu: pejalan kaki, orang nongkrong, tukang parkir, penjaga toko, satpam, hingga polisi.
Ada buku berjudul Ang Talakayan ng Kristiyano at Muslim (Debat antara Kristen dan Muslim), Ang Kahulugan Laa Ilaha ilallah (Arti Kalimat Laa Ilaha Illallah), Paano ba ang Pagyakab sa relihiyong Islam? (Bagaimana Memeluk Agama Islam?), dan beberapa judul lagi.
Jika penerima buku tampak tertarik, maka akan segera “disergap”. Misalnya 2 orang gadis penjaga konter handphone di sebuah kompleks pertokoan.
Subhanallah. Sabar hanya mengajaknya berbincang dengan bahasa Tagalog sekitar 10 menit, maka 2 gadis itu langsung bersyahadat!
“Saya tidak memaksa mereka (bersyahadat), sebab hal itu tidak boleh menurut aturan di negara kami. Saya hanya mengajak dialog tentang aqidah. Misalnya saya tanya, “Kamu hidup ini, punya cita-cita seperti apa?” Sabar berkisah.
Ternyata 2 gadis itu menjawab, “Ingin masuk surga.”
Sabar tanya lagi, “Surga yang mana, yang seperti apa?”
“Surga seperti yang digambarkan dalam kitab suci (Bibel),” jawabnya.
Sabar mengejar lagi, “Kalau mau ke surga, mengikuti siapa?”
“Mengikuti bapa Yesus.”
“Apakah Yesus itu bapak kalian?”
Gadis itu mulai berpikir. Sabar kemudian menjelaskan tentang posisi Nabi ‘Isa dalam agama Islam. Bahwa ‘Isa itu bukanlah Tuhan, tetapi utusan Tuhan, dan seterusnya.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba gadis itu bertanya, “Bagaimana caranya jika saya ingin menjadi Islam?”
“Tidak sulit, cukup mengucapkan dua kalimat syahadat. Mau?” jawab Sabar.
Mereka mengangguk, lalu dituntun untuk mengucapkan kalimat syahadat dalam bahasa Arab, kemudian diterjemahkan dalam bahasa Tagalog. Hidayatullah.com menyaksikan ekspresi gadis itu tampak tertegun.
“Mungkin dia berpikir bahwa masuk Islam itu ternyata tidak rumit. Tetapi saya nasihati bahwa setelah menjadi Muslimah, maka pakaiannya harus diperbaiki. Tidak boleh memakai celana robek-robek atau rok mini seperti yang dipakainya saat itu,” jelas Sabar.
Itulah contoh hasil street dakwah komunitas Balik Islam. Kegiatan semacam ini biasanya juga dilaksanakan di tempat-tempat di mana orang banyak berkumpul, misalnya di taman, perempatan jalan, halte, dan sebagainya.
Aktivitas dakwah di jalanan juga di-upload di media sosial. Followers Sabar di akun Facebook ada 6 ribu orang lebih. Banyak yang kemudian merespons, beberapa di antaranya bersyahadat secara online.
Terkesan dengan Adab Muslim
“Korban” lain dari dakwah di jalanan adalah Adam Midina, pemilik sebuah kios servis handphone di sebuah pasar tradisional. Pria yang dulu menjadi musisi ini bersyahadat setelah berdialog dengan aktivis Balik Islam.
“Teman-teman menjelaskan tentang konsep ketuhanan dalam Islam. Saya juga membaca banyak buku, hingga akhirnya menyimpulkan bahwa Islam adalah agama yang benar,” ujar Adam di sela-sela kesibukannya.
“Sekarang saya tidak main musik lagi. Saya telah menemukan ‘musik’ yang paling merdu, yaitu bacaan al-Qur’an,” katanya tersenyum.
Ketika dijumpai Hidayatullah.com, Adam tengah mengotak-atik handphone sambil mendengarkan lantunan muratal Syaikh Mishari Rasyid.
Beda lagi jalan hidayah yang dilalui Gonzalo dan istrinya. Pada bulan Desember 2024 lalu mereka bersyahadat setelah mengetahui indahnya Islam dari anaknya yang bekerja di luar negeri. Bukan di Timur Tengah, tetapi di Kanada.
“Ketika anak saya pulang, dia mengaku telah beragama Islam. Katanya, Islam itu baik dan benar, sebagaimana dilihatnya di Kanada. Adab dan perilakunya juga semakin santun kepada orangtua. Maka saya dan istri memutuskan untuk memeluk agama Islam,” ujar Gonzalo.
Gonzalo dan istrinya dituntun bersyahadat oleh Sabar dan Maryam. Hingga saat ini, di rumahnya masih banyak hiasan patung, gambar Yesus, dan sejenisnya. Di situ pula suami-istri ini belajar menunaikan shalat.

Pendampingan Mualaf
Setelah banyak Filipino bersyahadat, tugas komunitas Balik Islam selanjutnya adalah melakukan pendampingan. Misalnya mendatangi rumah para mualaf, menanyakan kabarnya, menjelaskan lebih jauh tentang Islam. Jika ada rezeki, maka dibawakan bingkisan atau hadiah.
Sesekali Sabar mengadakan kajian di Masjid Islam the Original Religion of Mankind (IORM). Para mualaf diberi wawasan lebih mendalam tentang indahnya Islam. Sementara Maryam mengajari mengaji mulai dari Iqro’ jilid 1, bertempat di Al-Madinah Islamic Learning Center yang dikelolanya.
Para mualaf juga diajari hal-hal basic seperti wudhu, shalat, menghafal doa dan surat-surat pendek, dan seterusnya. Ayo terus dukung mereka agar semakin teguh iman Islamnya.* (bersambung)