Hidayatullah.com–Seorang jama’ah masjid Ahlussunnah wal Jama’ah di Syarqiyyah, salah satu Provinsi di Mesir hampir tidak pernah ketinggalan shalat berjama’ah lima waktu.
Begitu juga shalat tarawihnya, ia ikuti dengan sempurna dari awal sampai akhir. Padahal, dia tidak paham apa itu kewajiban atasnya, apa itu pahala dan bahkan apa itu puasa. Atau lebih ringkasnya dia tidak mengerti beban syari’at atasnya dan dia bukan mukallaf (orang yang dibebani syari’at).
Dia hanyalah seseorang pemuda usia 30 tahunan yang Allah takdirkan untuk tidak memiliki akal sempurna seperti kita. Namun diberikan kekuatan penuh untuk senantiasa hadir di rumah-Nya.
Entah siapa yang orang dibelakangnya yang mampu menggerakkan dia untuk senantiasa pergi shalat berjama’ah lima waktu dan shalat tarawih, padahal untuk sampai masjid pun dia terseok-seok, bicara juga tidak jelas karena kondisi fisiknya yang kurang atau tidak normal.
Tidak hanya fisiknya yang tidak normal, namun juga akalnya. Dan tidak sempurna akalnya itulah yang membuat beban syari’at terlepas darinya. Allah takdirkan ia dengan kondisi yang seperti itu.
Walaupun demikian, semangat dan keistiqomahan dia untuk pergi shalat berjama’ah setiap waktu mampu mengalahkan kebanyakan pemuda yang akal dan fisiknya sempurna. Seolah dia memahami apa yang menjadi tanggungjawab baginya.
Pada hari ke enam Ramadhan, Jum’at (10/06/2016) tak lupa ia hadir dalam shalat tarawih berjama’ah di masjid.
Namun di tengah-tengah berlangsungnya shalat, tiba-tiba lampu mati cukup lama. Namun jamaah dikejutkan dengan suara tangis pun terdengar seketika. Para jama’ah sudah tahu bahwa suara tangis itu adalah miliknya, karena suranya yang khas dan dikenali banyak orang.
Tak ubahnya seperti anak kecil yang takut akan suasana gelap, dia menangis cukup lama namun dengan suara tidak begitu keras. Dan waktu shalat masih panjang karena imam membaca setengah juz setiap tarawihnya.
Ketika lampu nyala, suara tangis pun menghilang begitu saja. Dia pun terus mengikuti shalat tarawih sampai selesai. Di akhir raka’at, imam membaca qunut yang cukup panjang dan dia dengan suara khasnya, mengaminkan setiap do’a yang dipanjatkan sang imam.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Hari ini saya dapat pelajaran berharga. Dia yang telah ditakdirkan Allah dengan kondisi kurang sempurna, bahkan tak dibebankan hukum syariat karena keterbatasannya, namun seolah mengerti tanggungjawab dan kewajiban yang telah dibebankan Allah atasnya. Sementara kita yang ditakdirkan sempurna, justru sering melalaikan tanggungjawab dan kewajiban di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala sebagai seorang muslim yang sempurna akalnya.Jadi di mana posisi kita dibandingkan dengan dia?*/kiriman Jundi Iskandar (Mesir)