Hidayatullah.com–Mulai Selasa, 31 Mei 2017, sebanyak satu juta makanan berbuka puasa akan disediakan selama bulan Ramadhan ini oleh Yayasan Internasional Raja Abdullah untuk Kemanusiaan.
Setiap hari pada waktu matahari terbenam ribuan pekerja asing, baik yang Muslim maupun yang bukan Muslim tanpa memandang kewarganegaraan, akan berkumpul di Riyadh untuk berbuka puasa.
Proyek tersebut meliputi 91 lokasi kerja di Riyadh, yang menempatkan lebih dari 1.000 pabrik dan sekitar 150.000 karyawan, menurut laporan Saudi Gazette.
CEO yayasan tersebut, Pangeran Turki bin Abdullah meluncurkan proyek katering Ramadhan itu dan menganggapnya sebagai proyek terbesar di wilayah Timur Tengah.
Baca: Masjid Nabawi Layani Hampir Sejuta Orang Iftar Tiap Hari
Saat peluncurannya, Ketua dan Pendiri organisasi nirlaba itu, Syeikh Waleed Al-Marzuki mengatakan dia berbesar hati karena proyek tersebut diluncurkan oleh mantan gubernur dan putera Riyadh, lapor Saudi Gazette.
“Sekitar 20 tahun lalu, kami di ICCC hanya dapat menyediakan makanan untuk 500 orang per hari, 15.000 sebulan. Sekarang, saya senang dia menghargai rencana tim kami untuk memperluas (proyek) dan mengundang sekitar sejuta pekerja sebulan.”
Dia menambahkan keamanan, penerimaan dan layanan baik “adalah pesan penting yang dipegang umat Islam”.
“Kita sebagai manusia belajar dari pengalaman berpuasa makan dan minum untuk bersimpati dengan orang lain dan menyayangi tetangga sebagaimana kita menyayangi diri sendiri,” kata dia.
Menurut Syeikh Al-Marzuki lagi, berpuasa mendidik kita untuk mengulurkan bantuan kepada rakyat membutuhkan dan orang asing yang datang ke negara itu untuk bekerja keras mencari nafkah.
“Kami adalah organisasi nirlaba dan kami melakukan semua ini seperti yang dituntut oleh agama. Pusat kami melayani pabrik-pabrik dan pemilik bisnis serta karyawan dengan mengajarkan mereka bahasa Arab dan budaya agama Islam sehingga mereka memahaminya dan merasa seperti berada di negara sendiri, “ujar dia.
Organisasi itu juga berpendapat, upaya mereka itu adalah pesan nyata Islam dan ia harus ditunjukkan kepada dunia, menurut Saudi Gazette.
“Kami tidak pernah melihat media melaporkan tentang usaha ini sejak 20 tahun lalu. Sayangnya, apa yang kami sering lihat adalah gambaran agama kita yang sengaja dirusak, tambah Sheikh Al-Marzuki.*