Oleh: Shereena Qazi
Hidayatullah.com–Puluhan politisi terkenal dan aktivis masyarakat sipil, termasuk perempuan, akan bertemu dengan Taliban di ibukota Qatar dalam pertemuan intra-Afghanistan yang berupaya mencari perdamaian di Afghanistan.
Pertemuan selama dua hari itu, disponsori oleh Qatar dan Jerman, dimulai pada Ahad pagi dan dihadiri oleh delegasi dari sekitar 50 tokoh terkenal Afghanistan.
“Pertemuan ini bertujuan ini untuk lebih jauh mendorong negosiasi-negosiasi intra-Afghan demi perdamaian,” mantan duta Afghanistan untuk Pakistan, Omar Zakhilwal, yang menghadiri pertemuan itu, mengatakan pada Al Jazeera. Zakhilwal mengatakan pertemuan itu “melengkapi” perundingan Taliban-Amerika Serikat, yang juga sedang berlangsung di Doha.
Ketika pertemuan tersebut sedang berlangsung, petempur Taliban pada Ahad menewaskan setidaknya delapan orang dan melukai 50 warga sipil dalam serangan bom mobil di provinsi Ghazni, Afghanistan.
Baca: Taliban Jamin Masa Depan Cerah jika Amerika Keluar dari Afghanistan
“Taliban tidak ingin duduk dengan pemerintah Afghanistan karena mereka pikir perundingan damai dengan pemerintah akan berdampak pada moral petempurnya di medan tempur,” analis politik Hashim Wahdatyar, yang merupakan direktur di Institute of Current World Affairs di Washington, mengatakan pada Al Jazeera.
“Sejak Taliban datang dari posisi yang kuat, kelompok itu berpikir mereka mengendalikan baik perang maupun perdamaian.”
Bukan pertemuan damai pertama
Seorang pejabat Afghanistan yang menghadiri pertemuan itu mengatakan problematika seperti hak-hak perempuan dan minoritas akan didiskusikan dalam pertemuan. Dia tidak memberikan rincian agenda terkait hal tersebut.
“Afghanistan berada dalam sebuah momen kesempatan penting untuk kemajuan menuju perdamaian,” perwakilan khusus Jerman untuk Afghanistan dan Pakistan, Markus Potzel, mengatakan dalam pernyataan setelah pengumuman pertemuan pada minggu lalu.
“Komponen penting dari setiap proses yang mengarah pada tujuan ini akan menjadi keterlibatan langsung antara orang-orang Afghanistan,” katanya.
Pada bulan April, pertemuan serupa antara perwakilan Afghanistan dan Taliban yang dijadwalkan di Doha gagal setelah ketidaksepakatan antara kedua belah pihak mengenai jumlah delegasi Afghanistan.
Meskipun begitu, Moskow telah menjadi tuan rumah dua pertemuan intra-Afghanistan sejauh ini. Pada bulan Februari, politisi senior Afghanistan, termasuk mantan Presiden Hamid Karzai, bertemu dengan delegasi Taliban di ibukota Rusia dan membahas, di antara isu-isu lain, adopsi konstitusi baru dan pemerintahan sementara.
Kedua kelompok, mantan musuh, juga terlihat beribadah dan makan bersama selama pembicaraan di Moskow.
Pada bulan Mei, sebuah tim Taliban, dipimpin oleh kepala negosiator Mullah Baradar Akhund, bertemu dengan para politisi Afghanistan, termasuk mereka yang berencana untuk menantang Presiden Ashraf Ghani dalam pemilihan presiden September, kembali bertemu di Moskow.
Taliban, yang secara sukses mengendalikan separuh Afghanistan, mengatakan “kemajuan yang cukup memuaskan” dibuat pada perundingan Moskow, tetapi perundingan itu masih kekurangan terobosan.
Baca: Perang di Afghanistan, Sebuah “Perang Sumber Daya Alam .
“Konferensi yang sama berlangsung di Moskow dengan tingkat partisipasi yang jauh lebih tinggi, tetapi tidak membuahkan hasil,” kata analis politik Wahdatyar kepada Al Jazeera.
“Namun, pembicaraan di Qatar akan membuka jalan bagi serangkaian dialog intra-Afghanistan lainnya yang akan diadakan di masa depan,” katanya.
“Ingat, ini bukan proyek yang membuahkan hasil dalam jangka waktu tertentu. Ini adalah proses dan akan membutuhkan waktu dan upaya untuk menemukan solusi untuk perang di Afghanistan.”
Hari ini, pejuang Taliban lebih kuat daripada kapan pun sejak digulingkan pada 2001 setelah invasi pimpinan AS dengan alasan memburu pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden (Usamah bin Ladin) setelah serangan 11 September 2001.*/Nashirul Haq AR
Artikel ini dimuat di Al Jazeera