Hidayatullah.com- Manusia pada akhirnya tidak bisa menemukan atau menikmati kedamaian, keteraturan dan keharmonisan dalam kehidupan jika mengusung ide atau pemikiran liberalisme, karena batasan hak antara orang satu dengan lainnya itu cuma satu yaitu selama perbuatan itu tidak mengganggu orang lain (tidak memiliki parameter yang jelas, red).
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Komisi Bidang Hukum Majelis Intelektual dan Ulama Muda (MIUMI) Indonesia, Dr Jeje Zaenuddin usai acara bedah buku bertajuk “Metode dan Strategi Penerapan Syari’at Islam di Indonesia” di Ruang Utama Masjid Pondok Indah, Jakarta Selatan, belum lama ini.
“Jika suatu hukum tidak memiliki batasan atau parameter yang jelas maka kepastian hukum tidak akan pernah ada,” tegas Jeje.
Maka, menurut Jeje, suatu negara yang tidak memiliki batasan hukum yang jelas akan kesulitan dan capek sendiri dalam menangani dan menyelesaikan masalah-masalah atau konflik yang sedang terjadi.
“Negara akan kesulitan ketika harus menangani konflik yang terjadi di antara warganya (kamu melanggar hak saya dan begitu seterusnya,red), itu akan capek sekali negara,” ungkap Jeje.
Karena itu, masih menurut Jeje, di negara-negara liberal orang yang paling menarik keuntungan itu adalah seorang lawyer. Bahkan, lanjutnya, komposisi masyarakat dengan lawyer di negara-negara liberal itu 1 banding 100, maksudnya 100 keluarga dengan 1 lawyer.
“Di sana orang bertetangga saja itu sering berantem dan mereka butuh lawyer. MasyaAllah, itulah rusaknya negara liberal,” ungkap Jeje merasa prihatin.
Sementara dalam Islam, kata Jeje, tidak seperti itu karena menurutnya batasan dengan tetangga itu sudah jelas, batasan antara suami-istri pun juga jelas. Jadi, lanjutnya, pada akhirnya jika bicara jujur mereka yang mengusung liberalisme dalam bidang hukum maka harus tunduk. Sebab tidak bisa liberalisme dilandasi dengan hukum.
“Hukum sendiri itu adalah batas ikatan, setelah fungsinya mencegah, dan melindungi. Lalu, bagaimana hukum bisa dibangun di atas kebebasan, sementara hukum itu sendiri adalah menjaga dan melindungi?” pungkas Jeje.*