Hidayatullah.com— Cendekiawan Muslim Prof Dr Tariq Ramadan membantah tuduhan pemerkosaan dan kekerasan seksual oleh seorang aktivis feminisme terhadapnya di Prancis hari Selasa.
Portal Middle East Eye (MEE) mengutip laporan Le Parisien yang mengatakan Tariq telah menunjuk Yassine Bouzrou, seorang pengacara senior asal Paris, untuk mengajukan keluhan resmi ke badan penegak hukum negara tersebut.
Profesor Tariq Ramadan menolak tuduhan dan mengatakan dirinya akan mengambil tindakan hukum atas tuduhan penghinaan dan fitnah serius ini.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan, Bouzrou mengatakan, “sebuah keluhan yang telah melakukan tuduhan palsu tersebut akan diserahkan ke pihak berwenang di Rouen hari Senin ini.”
Pengaduan pemerkosaan dan kekerasan seksual diajukan seorang aktivis perempuan bernama Henda Ayari.
Tariq Ramadan telah banyak menulis topik tentang Muslim Eropa, yang seringkali mendorong umat Islam di Barat untuk bangga dengan identitas mereka sebagai orang Eropa dan Muslim, dan mempraktikkan budaya nasional masing-masing tanpa syarat, kecuali beberapa aspek yang jelas bertentangan dengan ajarannya. Islam.
Baca: Dua Menteri Prancis Memboikot Dialog dengan Tariq Ramadan
Profesor Tariq Ramadan adalah cucu Hassan al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan politik paling dicemaskan beberapa penguasa Negara Arab.
Menurut sebuah dokumen yang dilihat oleh AFP, keluhan yang diajukan di kantor kejaksaan Kota Rouen di Prancis barat laut, oleh aktivis sekuler merinci perilaku pemerkosaan, kekerasan seksual, kekerasan, pelecehan dan intimidasi ditujukan pada penulis buku ‘The Western Muslim and Future of Islam’ ini .
Henda Ayari, seorang penulis Prancis, mengajukan tuduhan hari Jumat, 20 Oktober 2017.
Asosiasi Pembebasan, di mana Ayari memegang jabatan sebagai presiden, mengatakan di laman Facebook, aktivis tersebut “menjadi korban dari sesuatu yang sangat serius beberapa tahun yang lalu” namun tidak mengungkapkan nama penyerangnya untuk alasan keamanan.
Ayari (40), baru-baru ini menulis sebuah buku dengan judul I Chose to be Free (Saya memilih untuk bebas), berkisah tentang pelariannya dari Salafi di Prancis. Dalam buku yang diterbitkan bulan November 2016, dia memberi sempat menulis nama Zubair kepada penyerangnya.
Dalam memoarnya, Ayari mengatakan mereka bertemu di hotel Zubair di Prancis tahun 2012 setelah pria tersebut menyelesaikan pembicaraannya.
Dalam tulisannya Ayari mengatakan bahwa dia bertemu dengan pria di sebuah hotel di Paris setelah pemikir Islam memberi ceramah.
Dia menambahkan bahwa ketika dia mencoba untuk memberontak, Zubair mempermalukannya, memfitnah kata-kata kasar, menampar mereka dan melakukan kekerasan.
“Saya pastikan hari ini bahwa Zubair adalah Tariq Ramadan,” tulis Ayari mengumumkan di Facebook.
Pengacaranya, Jonas Haddad, mengatakan bahwa dia belum melaporkan serangan sebelumnya karena takut.
Ayari lahir dari seorang ibu Tunisia dan seorang ayah Aljazair, yang mengalami pengalaman kekerasan dalam rumah tangga. Ia mengkkaim aktif di Salafi selama 21 tahun dari usia 18, sampai akhirnya dia memutuskan keluar dan ingin bebas sekitar setahun yang lalu, pada usia tiga puluh sembilan, yang kemudian menceritakan pengalamannya dalam bukunya.
Dia merasa bebas melepas jilbab dan memiliki sekuler setelah aksi serangan di Paris tahun 2015. Ayari kemudian mendapat tempat di banyak media Prancis dan diundang di beberapa saluran televisi untuk wawancara membicarakan bukunya.*